Pernah dengar tentang Transient Ischemic Attack (TIA) atau yang sering disebut "stroke ringan"? Meskipun terdengar sepele, TIA sebenarnya adalah peringatan serius bagi tubuh Anda. Gejalanya mirip dengan stroke, tapi lebih singkat dan hilang dengan sendirinya. Karena itu, sebenarnya TIA dan stroke tidaklah sama dan penggunaan kata stroke ringan pada TIA tidaklah tepat.
Nah, meskipun gejalanya sementara, TIA sering kali menjadi tanda bahwa ada masalah serius pada pembuluh darah otak yang bisa menyebabkan stroke yang sesungguhnya di masa depan. Dalam artikel ini, kita akan bahas tuntas tentang TIA.
TIA adalah kondisi gangguan aliran darah ke otak yang hanya sebentar, biasanya cuma beberapa menit atau kurang dari sehari. Karena berlangsung singkat, banyak orang yang merasa tidak perlu khawatir. Padahal, TIA sebenarnya jadi sinyal bahwa ada masalah dengan pembuluh darah Anda.
Berdasarkan informasi dari American Stroke Association, Transient Ischemic Attack (TIA) bisa dibilang seperti alarm tubuh yang memberi tahu bahwa risiko stroke semakin dekat. Faktanya, 1 dari 3 orang yang mengalami TIA berpotensi terkena stroke dalam setahun jika tidak segera ditangani. Bahkan, sekitar 15% stroke terjadi hanya dalam waktu tiga bulan setelah TIA.
Penyebab TIA bisa bermacam-macam, termasuk:
Sebenarnya, TIA itu hampir mirip dengan stroke iskemik, yang biasanya terjadi karena aliran darah ke otak terhambat. Bedanya, pada TIA, hambatan darahnya hanya sebentar dan tidak menyebabkan kerusakan permanen pada otak.
Aliran darah terhenti sejenak, dan otak kita kekurangan suplai oksigen serta nutrisi untuk sesaat. Meski begitu, TIA tetap harus dianggap serius, karena ini bisa jadi "alarm" kalau ada masalah yang lebih besar di pembuluh darah otak.
Salah satu penyebab utama TIA adalah terjadinya penumpukan plak di dinding pembuluh darah, yang dikenal dengan nama aterosklerosis. Plak ini terdiri dari lemak dan kolesterol yang, seiring berjalannya waktu, bikin arteri semakin sempit. Ketika arteri menyempit, aliran darah jadi terhambat dan bisa saja berhenti sejenak.
Selain itu, plak yang menumpuk juga bisa memicu terbentuknya gumpalan darah. Kalau gumpalan ini bergerak dan menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju otak, gejala TIA bisa muncul, seperti rasa kebas, kesulitan bicara, atau penglihatan yang hilang sementara.
Selain faktor-faktor lain, TIA juga bisa disebabkan oleh gumpalan darah yang berasal dari bagian tubuh lain, biasanya dari jantung.
Beberapa kondisi yang bisa memicu hal ini antara lain:
Jadi, kalau ada gumpalan darah yang menuju ke otak dan menyumbat arteri untuk sementara waktu, itulah yang menyebabkan TIA.
Gejala TIA sangat mirip dengan gejala stroke. Bedanya, TIA ini biasanya hilang dalam waktu singkat. Namun, Anda tetap perlu waspada jika mengalami tanda-tanda berikut:
Baca Juga:
Ada dua kategori faktor risiko yang dapat memengaruhi serangan iskemik sementara (TIA) dan stroke, yaitu:
Ada beberapa faktor risiko TIA dan stroke yang memang nggak bisa diubah. Tapi, mengenali faktor-faktor di bawah ini bisa membuat Anda lebih waspada dan termotivasi untuk menjaga faktor risiko lain yang bisa Anda kendalikan.
Jika ada keluarga Anda yang pernah terkena TIA atau stroke, kemungkinan besar risiko Anda juga lebih tinggi. Memang, faktor keturunan ini sulit dihindari, tapi setidaknya dengan mengetahui hal ini, Anda bisa lebih hati-hati dan menjaga kesehatan dengan lebih baik.
Biasanya, pria sedikit lebih berisiko mengalami TIA dan stroke. Tapi, seiring bertambahnya usia, wanita justru bisa punya risiko stroke yang lebih tinggi. Ini karena perubahan hormon, terutama setelah menopause.
Semakin bertambah umur, risiko terkena TIA dan stroke memang cenderung meningkat, apalagi setelah usia 55 tahun. Ini adalah hal yang wajar, karena seiring bertambahnya usia, tubuh kita mengalami penurunan fungsi pembuluh darah dan jantung yang lebih besar.
Jika Anda sudah pernah mengalami satu atau lebih TIA, risiko terkena stroke semakin besar. Soalnya, TIA seringkali jadi alarm pertama bahwa ada masalah serius di pembuluh darah yang bisa berujung pada stroke.
Stroke bisa jadi komplikasi dari penyakit sel sabit (sickle cell disease), yang juga dikenal sebagai anemia sel sabit. Sel darah merah yang berbentuk sabit ini membawa oksigen lebih sedikit dan gampang terjebak di pembuluh darah, sehingga aliran darah ke otak terhambat. Namun, dengan pengobatan yang tepat, Anda bisa menurunkan risiko stroke akibat penyakit ini.
Selain faktor risiko yang nggak bisa diubah, ada juga beberapa faktor yang bisa Anda kontrol sendiri.
Tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab utama stroke. Begitu tekanan darah Anda mencapai angka 140/90 mmHg atau lebih, risiko terkena stroke mulai naik. Makanya, penting untuk melakukan cek rutin tekanan darah dan segera ambil langkah yang tepat buat menurunkannya.
Penyakit jantung, seperti gagal jantung, kelainan pada jantung, infeksi, atau gangguan irama jantung, bisa meningkatkan peluang terjadinya stroke. Menjaga kesehatan jantung adalah hal krusial. karena jantung dan otak saling berhubungan erat dalam hal pasokan darah.
Penyakit ini terjadi saat pembuluh darah di leher yang mengalirkan darah ke otak terhambat. Ketika pembuluh darah ini tersumbat, aliran darah ke otak bisa terganggu, yang dapat meningkatkan risiko stroke. Melakukan pemeriksaan secara teratur bisa membantu Anda menemukan masalah ini lebih awal.
Penyakit ini memengaruhi pembuluh darah yang mengalirkan darah ke lengan dan kaki, sehingga pembuluh tersebut bisa tersumbat. Kalau tidak segera ditangani, PAD juga bisa menambah risiko stroke.
Diabetes bisa memperburuk penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan lemak (aterosklerosis), yang pada akhirnya membuat risiko stroke semakin tinggi. Jadi, menjaga kadar gula darah tetap stabil adalah cara yang penting untuk mengurangi kemungkinan terkena stroke.
Makan terlalu banyak kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh dan trans, bisa menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah. Pada akhirnya, ini juga akan menyempitkan arteri dan meningkatkan risiko stroke. Tapi tenang, dengan pola makan yang sehat dan dukungan obat, Anda bisa menjaga kadar kolesterol tetap terkendali.
Homosistein sebenarnya adalah asam amino. Jika dalam darah kadarnya terlalu tinggi, pembuluh darah Anda bisa jadi lebih tebal dan berisiko menggumpal. Inilah yang bisa membuat pembuluh darah jadi lebih mudah tersumbat dan meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke.
Berat badan berlebih, apalagi kalau lemaknya menumpuk di perut, bisa meningkatkan risiko stroke. Tapi tenang, dengan pola makan yang sehat dan rajin berolahraga, Anda bisa mempertahankan berat badan sekaligus menjaga tubuh tetap fit dan sehat.
Jika Anda mengalami gejala di atas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera mencari bantuan medis. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan diagnosis, seperti:
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Dengan menerapkan gaya hidup sehat, Anda bisa mengurangi risiko TIA hingga 80%. Studi dari American Stroke Association menunjukkan bahwa perubahan pola makan dan aktivitas fisik secara signifikan menurunkan risiko stroke.
Beberapa langkah sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mencegah TIA meliputi:
Jangan anggap enteng kalau merasakan gejala yang mirip TIA, meskipun gejalanya cepat hilang. Ingat, TIA itu semacam alarm peringatan bahwa stroke bisa datang kapan saja. Kalau Anda punya faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau kolesterol tinggi, sebaiknya segera cek ke dokter untuk memastikan keadaan Anda.
Baca Juga:
Merasa ada gejala TIA atau punya faktor risiko stroke? Jangan tunggu sampai parah. Segera temui dokter spesialis saraf di RS Royal Progress untuk memantau kondisi tubuh secara menyeluruh dan dapatkan penanganan yang sesuai. Untuk kondisi gawat darurat, jangan ragu untuk segera menghubungi IGD 24 Jam RS Royal Progress yang selalu siaga untuk mengatasi beragam kondisi gawat darurat. Dengan langkah pencegahan yang tepat, Anda bisa menjaga diri dari risiko stroke dan menjalani hidup yang lebih sehat.