Stroke iskemik dan stroke hemoragik adalah dua jenis gangguan kesehatan serius yang menyerang otak. Keduanya juga menjadi salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan nomor dua di dunia.
Setiap detiknya sangat berharga ketika stroke menyerang. Namun kurangnya pemahaman tentang kedua jenis stroke ini seringkali menghambat penanganan yang tepat.
Dengan mekanisme, gejala, dan penanganan yang berbeda, memahami perbedaan antara stroke iskemik dan hemoragik dapat menjadi kunci untuk menyelamatkan nyawa serta meminimalkan dampak jangka panjang.
Stroke iskemik adalah gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh anoksia atau terhentinya suplai oksigen dan nutrisi ke otak secara mendadak. Terhambatnya aliran darah ini menyebabkan kerusakan atau kematian sel-sel otak di area tersebut.
Penyebab utama stroke ini karena adanya sesuatu yang menutupi aliran darah ke otak. Sumbatan ini dapat berupa trombus (darah membeku atau menggumpal yang terbentuk di pembuluh darah otak) atau embolus (gumpalan darah dari area lain di tubuh) yang bergerak menutupi pembuluh darah otak.
Selain itu, penyebabnya juga bisa karena ada faktor risiko stroke, di antaranya:
Berikut tanda klinis yang mengarah pada dugaan stroke iskemik:
Tindakan medis dengan segera, terutama sesaat setelah gejala muncul menjadi faktor penentu dalam mengurangi tingkat kerusakan neurologis dan meningkatkan harapan kesembuhan pada penderitanya.
Baca Selengkapnya:
Di sisi lain, stroke hemoragik adalah kondisi matinya sel-sel otak akibat tekanan yang ditimbulkan oleh perdarahan dari pembuluh darah yang pecah di dalam (intraserebral) atau sekitar otak (subarachnoid, yang terjadi di ruang antara otak dan selaput pelindungnya).
Stroke hemoragik sendiri sering dikaitkan dengan:
Sejumlah faktor dapat berkontribusi pada peningkatan risiko stroke hemoragik, antara lain:
Gejala umum stroke hemoragik meliputi:
Apabila perdarahan tidak segera dihentikan, kondisi ini dapat berujung pada koma atau bahkan kematian.
Baca Selengkapnya:
American Stroke Association mencatat bahwa 87% kasus stroke adalah iskemik, sedangkan sisanya, 13% adalah stroke hemoragik. Meskipun gejala kedua jenis stroke ini bisa serupa, stroke hemoragik lebih sering menyebabkan sakit kepala mendadak atau parah.
Sebuah studi pada 2017 yang melibatkan 503 peserta menemukan bahwa beberapa gejala lebih sering terjadi pada stroke hemoragik daripada stroke iskemik.
Penderita stroke hemoragik lebih sering mengalami penurunan kesadaran, pelebaran pupil, dan sakit kepala. Selain itu, kejang dan agitasi juga lebih umum pada jenis stroke ini.
Sebelum seseorang menerima perawatan stroke, profesional kesehatan perlu mengidentifikasi jenis stroke yang dialami pasien. Dokter biasanya mendiagnosis jenis stroke berdasarkan gejala seseorang dan riwayat medis, di samping pemeriksaan fisik dan tes diagnostik.
Seorang profesional perawatan kesehatan dapat melakukan sejumlah tes tambahan, seperti:
Tujuan berbagai tes di atas adalah untuk membuat diagnosis stroke yang cepat sehingga mereka dapat memulai pengobatan sesegera mungkin. Semakin lama penundaan penanganan, semakin tinggi risiko kerusakan otak secara permanen.
Perawatan masing-masing serangan stroke pun berbeda.
Jika seseorang pergi ke rumah sakit dalam waktu 3-4,5 jam dari terjadinya serangan stroke, mereka mungkin menerima suntikan lengan berupa obat trombolitik, seperti aktivator plasminogen jaringan.
Jenis obat ini bertujuan untuk memecah gumpalan sehingga darah dapat mengalir dengan bebas ke otak. Namun, obat ini bisa tidak aman bagi orang yang memiliki risiko perdarahan internal yang tinggi.
Dalam kasus lain, ketika seseorang tidak sampai ke rumah sakit dalam waktu 3 jam dari stroke yang terjadi, mereka mungkin menerima pengencer darah lainnya atau menjalani operasi pembuangan gumpalan melalui trombektomi atau endarterektomi karotis.
Ketika seseorang mendapat diagnosis stroke hemoragik, dokter akan memberikan penanganan dengan tujuan menghentikan perdarahan.
Caranya sebagai berikut:
Jenis obat yang dokter berikan bisa bervariasi dan pilihan yang paling tepat akan tergantung pada riwayat konsumsi obat Anda. Apakah Anda sedang mengonsumsi obat antiklot atau pengurangan darah dan jenis apa obat tersebut?
Setelahnya, Anda akan menerima agen hemostatik (zat untuk mengendalikan atau menghentikan perdarahan) atau obat untuk membalikkan pengencer darah. Dokter juga mungkin meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah, contohnya beta-blocker.
Prosedur ini minimal invasif daripada perawatan bedah dan membantu memperbaiki titik-titik lemah dalam pembuluh darah.
Seorang ahli bedah dapat menggunakan klip untuk menyegel pembuluh darah dan menghentikan kehilangan darah. Selanjutnya, untuk menghentikan perdarahan, dokter akan memasang sebuah klem di bagian dasar tonjolan pada pembuluh darah di otak.
Stroke menempati posisi kedua sebagai penyebab kematian terbanyak di dunia dan merupakan penyebab utama kecacatan, dengan sebagian besar kasus yang terjadi adalah stroke iskemik.
Baca Juga:
Dengan mengenali apa itu stroke iskemik dan stroke hemoragik, penyebab, gejala, dan perbedaan juga pengobatannya, Anda dapat mengambil langkah-langkah yang cepat dan sesuai pada saat serangan stroke menyerang.
Selain itu, apabila Anda atau orang terdekat mengalami tanda-tanda stroke, segera cari bantuan medis. Untuk konsultasi lebih lanjut, kunjungi dokter spesialis saraf di RS Royal Progress guna mendapatkan pemeriksaan dan rekomendasi perawatan yang sesuai.