Stroke merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia. Kondisi ini dapat berdampak besar pada kualitas hidup penderitanya. Ketika sudah mengalami kondisi ini, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan penderita stroke atau pantangan kegiatan, demi memperbesar peluang kesembuhan dan meminimalkan risiko komplikasi lain.
Jadi, apa saja hal-hal yang perlu dihindari oleh penderita stroke? Ini daftarnya:
Salah satu penyebab stroke adalah tekanan darah tinggi. Jika tensi tidak terkendali di mana tekanan darah terus meningkat, kondisi ini dapat merusak jaringan pembuluh darah otak dan sistem saraf.
Rusaknya jaringan arteri dan saraf dapat mengakibatkan kecacatan (kelumpuhan) hingga kematian, terutama jika tensi tetap tinggi dalam kurun waktu lama.
Gaya hidup sedentary yang didominasi oleh duduk atau rebahan berkontribusi pada tingkat keparahan stroke. Kurangnya gerak tubuh dapat memicu terbentuknya endapan plak di dalam pembuluh darah arteri.
Hal ini berisiko menyebabkan penyumbatan. Untuk membantu mencegah hal ini, penderita stroke disarankan melakukan olahraga ringan, misalnya berjalan kaki selama 30 menit. Upayakan intensitas jalan kaki setidaknya lima kali seminggu, guna melancarkan peredaran darah dan menjaga kelancaran aliran darah dalam tubuh.
Penderita stroke wajib menjalani medical check up berkala untuk memonitor kondisi kesehatan mereka dan mencegah timbulnya komplikasi.
Faktor risiko stroke sering kali tidak memiliki gejala nyata. Ini sebabnya, penderita stroke yang melewatkan pemeriksaan dapat menyebabkan keterlambatan dalam mendeteksi masalah baru yang berpotensi memperburuk kondisinya.
Misalnya saja, seseorang mungkin tidak menyadari bahwa tekanan darahnya tinggi tanpa pemeriksaan rutin. Begitu juga dengan kadar kolesterol, dan gula darah, yang hanya bisa diketahui melalui tes medis.
Selain itu, pemeriksaan rutin memungkinkan deteksi dini faktor risiko lain yang berpotensi terjadinya serangan stroke berulang, seperti riwayat medis, faktor keturunan, dan kondisi medis lain yang dapat memperparah stroke.
Kebiasaan merokok mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan memicu terjadinya aterosklerosis, yaitu terbentuknya endapan lemak di arteri. Merokok juga dapat mengurangi aliran oksigen ke otak yang berujung pada peningkatan potensi stroke berulang.
Sementara kandungan racun dalam rokok berpotensi mengikis dan melemahkan dinding pembuluh darah, serta mempercepat penumpukan plak. Kondisi ini hanya akan memperburuk kondisi medis pasien.
Terlalu banyak minum alkohol berpotensi menaikkan tensi dan mengganggu stabilitas sistem kardiovaskular.
CDC menggolongkan konsumsi alkohol sedang sebagai maksimal satu minuman per hari untuk wanita dan dua minuman per hari untuk pria. Melebihi batas ini dianggap konsumsi alkohol tinggi dan berpotensi menimbulkan gangguan medis lain.
Bahaya lainnya, alkohol juga dapat berinteraksi dengan obat stroke, yang bisa mengurangi efektivitas pengobatan dan memperbesar risiko komplikasi.
Diet atau makanan yang tepat juga penting untuk mengendalikan stroke. Ini berarti makanan moderat yang tidak sehat dapat memperparah kondisi pembuluh darah yang sudah bermasalah.
Sebaliknya, konsumsi makanan kaya serat, protein tanpa lemak, serta buah dan sayur dapat membantu menjaga sistem kardiovaskular dan menstabilkan tekanan darah.
Berikut daftar makanan yang tidak boleh untuk penderita stroke:
Pantangan saat gejala stroke ringan terjadi selanjutnya adalah mengabaikan terapi pasca serangan stroke dapat meningkatkan risiko stroke berulang, memperburuk kondisi, dan menghambat pemulihan.
Beberapa pasien menghentikan pengobatan karena merasa sudah membaik atau kurang memahami pentingnya terapi. Padahal, kepatuhan terhadap obat, rehabilitasi, dan perubahan pola hidup berperan besar dalam pencegahan komplikasi.
Dukungan keluarga dan tenaga medis juga diperlukan agar pasien tetap menjalani perawatan sesuai anjuran dokter. Tanpa dukungan ini, pasien berisiko mengalami kemunduran fungsi tubuh, kesulitan beraktivitas, bahkan kehilangan kemandirian dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Gangguan tidur, seperti sleep apnea atau insomnia sering kali mengganggu kualitas tidur penderita stroke. Hal ini bisa berdampak negatif pada kesehatan.
Kualitas tidur yang memicu peningkatan tensi, serta menaikkan potensi stroke. Maka dari itu, penderita stroke perlu segera mengatasi gangguan tidur dengan bantuan medis dan mempertahankan kebiasaan tidur yang baik.
Tekanan emosional dan stres yang tidak terkendali dapat memberikan efek buruk pada penderita stroke. Stres berlebihan memicu peningkatan hormon kortisol dan adrenalin, yang berdampak pada tingginya tensi dan memperbesar risiko stroke berulang.
Seorang penderita stroke dengan kondisi emosional yang tidak stabil, seperti kecemasan dan depresi, dapat menghambat proses pemulihannya, misalnya ia jadi kurang termotivasi untuk menjalani terapi dan mempertahankan gaya hidup sehat.
Oleh sebab itu, penting bagi pasien untuk mendapatkan dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sekitar agar dapat mengelola stres dengan baik.
Baca Juga:
Proses recovery stroke bukan hanya menghindari hal-hal yang tidak boleh dilakukan penderita stroke di atas, tetapi juga membutuhkan disiplin dan perhatian khusus. Tujuannya untuk mencegah stroke makin parah atau terjadinya stroke berulang.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala stroke atau membutuhkan penanganan lebih lanjut, segera konsultasikan dengan dokter spesialis saraf di RS Royal Progress untuk mendapatkan perawatan terbaik. Jangan tunda langkah penting dalam pemulihan, segera jadwalkan konsultasi untuk kesehatan yang lebih baik!