Timbulnya gejala gangguan pernapasan bisa terasa sangat tidak nyaman dan mengurangi kualitas hidup kita sehari-hari. Gangguan pernapasan umumnya terkait dengan kondisi patologis, yang berdampak pada sistem pernapasan, termasuk paru-paru.
Sebagian memang cukup ringan seperti flu biasa, namun bisa juga memicu penyakit yang mengancam jiwa, yaitu pneumonia, kanker paru-paru, PPOK, dan sebagainya.
Penyebabnya pun beragam, mulai faktor genetik, lingkungan, hingga kebiasaan merokok yang merupakan pemicu utama mayoritas gangguan pernapasan.
Berikut adalah macam-macam gangguan pernapasan yang paling sering terjadi.
Flu adalah gangguan pernapasan oleh virus influenza yang bisa terjadi pada hidung, tenggorokan, hingga paru-paru. Gejalanya yaitu pilek, sakit tenggorokan, bersin-bersin, demam, hidung tersumbat, kadang disertai batuk.
Penyakit flu biasanya cukup ringan, namun bisa berisiko bagi orang-orang dengan sistem imun yang lemah. Virus influenza juga mudah menular karena tersebar melalui udara atau menghirup percikan dahak penderita.
Cukup istirahat, konsumsi makanan bergizi, dan banyak minum dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
Asma adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan masalah pernapasan. Penyakit pernapasan ini terjadi saat saluran napas menyempit karena meradang atau tersumbat oleh lendir.
Tingkat keparahan asma bervariasi pada tiap orang, namun dengan pengobatan yang tepat, penderita dapat mengelola gejala, sehingga mampu beraktivitas seperti biasa.
Apa penyebab gangguan pernapasan kronik ini belum diketahui, namun yang jelas penyakit asma tidak dapat sembuh total. Mereka yang berisiko tinggi biasanya adalah orang dengan riwayat keluarga asma, menderita alergi pernapasan, atau pernah terserang penyakit pernapasan parah saat kanak-kanak.
Baca Juga
Gejala asma biasanya, napas berbunyi (mengi), batuk, dan sesak napas. Untuk meminimalkan gejala, penderita wajib menggunakan obat pengontrol jangka panjang, serta melakukan latihan pernapasan juga dapat membantu (senam asma).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Jika tak segera mendapat perawatan medis, bakteri ini dapat menyerang jaringan paru-paru dan menyebar hingga menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya.
Gejala TB meliputi, batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu (bisa bercampur lendir atau darah), berat badan turun, tidak bernafsu makan, lemas, kelelahan, demam, dan gejala yang paling khas adalah berkeringat di malam hari.
Baca Juga
Satu-satunya cara untuk mengobati TB adalah membasmi bakteri penyebabnya dengan antibiotik. Untuk jenis dan dosisnya disesuaikan dengan tingkat keparahan dan kondisi kesehatan penderita. Tidak jarang yang bersangkutan harus mengonsumsi beberapa macam antibiotik secara bersamaan.
Di dalam organ paru-paru kita terdapat alveoli atau kantung udara. Ketika terjadi infeksi, maka alveoli akan meradang dan berisi nanah atau lendir. Inilah yang terjadi ketika terserang pneumonia.
Gejala yang terjadi adalah mual, batuk berdahak, demam, banyak berkeringat, terasa nyeri pada dada (terutama ketika menarik napas, tertawa, dan batuk), tidak berselera makan, serta pusing, dan sesak.
Pneumonia adalah gangguan pernapasan yang disebabkan oleh bakteri ( Streptococcus Pneumonia dan Legionella Pneumophila), atau karena infeksi virus ( Rhinovirus), atau jamur ( Pneumocystis Jirovecii dan Cryptococcus Species).
Dokter biasanya merekomendasikan obat-obatan seperti antibiotik, parasetamol, dan ibuprofen untuk untuk membuat penderita lebih nyaman sekaligus membasmi mikroorganisme penyebabnya. Jika penderita dirawat inap, rumah sakit dapat memberikan terapi oksigen untuk mengurangi sesak napas.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sebenarnya mencakup dua jenis penyakit sistem pernapasan, yaitu emfisema dan bronkitis kronis. Emfisema adalah kerusakan pada alveoli (paru) sehingga elastisitasnya berkurang.
Akibatnya, fungsi kantung udara ini untuk menyalurkan udara jadi berkurang, sehingga oksigen dalam darah jadi berkurang dan terjadi penumpukan karbon dioksida dalam darah.
Sementara bronkitis kronis terjadi saat lapisan saluran napas teriritasi dan meradang sehingga terjadi pembengkakan dan menyempit. Akibatnya produksi lendir menjadi berlebih dan penderita sulit bernapas.
Sebagaimana dilansir dari website resmi WHO, sekitar 90% kasus kematian akibat PPOK terjadi pada penderita dengan usia di bawah 70 tahun dan di negara-negara berpenghasilan rendah/menengah.
Penyebabnya adalah polusi udara terutama di kawasan industri, menghirup tembakau atau terpajan asap rokok, merokok (baik konvensional maupun elektrik), dan juga faktor genetik. Gejala masalah pernapasan ini adalah sesak napas, mengi, dan batuk.
Selain pengobatan medis sesuai saran dokter, penderita perlu mengikuti program rehabilitasi paru. Program tersebut biasanya meliputi, mengubah pola makan menjadi lebih sehat, belajar teknik pernapasan yang tepat, dan berolahraga rutin.
Kanker paru terjadi ketika sel-sel mengalami kerusakan akibat menghirup bahan kimia berbahaya (uranium, arsenik, nikel, dll) dalam jangka panjang. Ini juga termasuk merokok. Pada kondisi yang lebih parah, kanker atau tumor paru-paru juga dapat menyebar ke kelenjar getah bening, tulang, otak dan hati.
Gejala umum yang terjadi biasanya, batuk, sesak napas, mengi (napas berbunyi), nyeri dada, kelelahan, dan penurunan berat badan secara signifikan.
Tindakan medis untuk mengatasi kanker umumnya dengan prosedur operasi, kemoterapi, dan terapi radiasi sesuai tingkat keparahan kanker.
Emboli paru adalah keadaan serius di mana gumpalan darah atau benda lain terbawa oleh aliran darah ke paru-paru, menyumbat arteri paru-paru atau cabangnya. Emboli paru dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru dan bahkan kematian jika tidak diobati dengan cepat.
Gejala bervariasi tergantung pada ukuran penyumbatan arteri dan gumpalan darahnya, termasuk napas pendek, nyeri dada, batuk darah, detak jantung lebih cepat dari biasanya, pusing, pingsan, dan nyeri kaki jika emboli paru disebabkan oleh gumpalan darah dari kaki.
Sleep apnea adalah gangguan tidur saat napas berhenti atau tersendat berulang kali. Jenis paling umum adalah Obstructive Sleep Apnea yang terjadi karena saluran napas tersumbat saat otot tenggorokan terlalu rileks.
Gejalanya ditandai dengan mendengkur keras, terbangun dengan napas terengah, dan tetap merasa lelah meski sudah tidur. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Perawatan umumnya menggunakan alat bantu napas (CPAP), menurunkan berat badan, atau operasi untuk membuka saluran napas.
Untuk menjaga kesehatan sekaligus mencegah penyakit yang menyerang sistem pernapasan, Anda bisa melakukan upaya berikut.
Jika curiga terserang penyakit gangguan pernapasan segeralah berkonsultasi pada dokter spesialis paru dan pernapasan RS Royal Progress. Dokter akan lebih mudah mengobati penyakit Anda jika diketahui pada tahap awal.
Sementara jika terjadi kondisi darurat akibat gangguan pernapasan seperti sesak napas berat atau kehilangan kesadaran segera hubungi IGD 24 Jam RS Royal Progress. Semakin cepat Anda bertindak, risiko terburuk akan lebih mungkin dihindari.
Beberapa jenis penyakit pernapasan yang umum antara lain flu, asma, tuberkulosis (TBC), pneumonia, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), kanker paru, emboli paru, dan sleep apnea. Masing-masing memiliki penyebab dan gejala berbeda, mulai dari yang ringan hingga berbahaya.
Penyebabnya meliputi infeksi bakteri atau virus, kebiasaan merokok, paparan asap dan polusi udara, serta turunnya sistem kekebalan tubuh. Ketika imun tubuh melemah, kuman lebih mudah menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan menimbulkan berbagai gejala seperti sesak, batuk, dan demam.
PPOK merupakan penyakit kronik yang mencakup dua kondisi, yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Keduanya terjadi karena penyempitan saluran udara dan kerusakan alveoli di paru-paru. Akibatnya, penderita sulit bernapas lega karena udara tidak mengalir dengan lancar.
Segera periksa ke dokter paru dan pernapasan jika Anda mengalami sesak napas berat, batuk berdarah, atau demam tinggi yang tidak kunjung sembuh. Pemeriksaan dini membantu mencegah komplikasi dan menentukan jenis pengobatan yang tepat untuk setiap jenis penyakit pernapasan.