Ada tiga kondisi yang menunjukkan kadar glukosa darah, yaitu hipoglikemia, normal, dan hiperglikemia. Hipoglikemia atau gula darah rendah merupakan istilah medis untuk kondisi di mana glukosa tubuh berada di bawah nilai standar, yaitu kurang dari 70 mg/dL.
Lantas, apa ciri-ciri gula darah rendah?
Gula darah tubuh tidaklah tetap. Sepanjang hari, gula darah dalam tubuh berfluktuasi. Fluktuasi gula darah tergolong aman saat naik turunnya berada dalam kisaran normal, yaitu 90-130 mg/dL.
Namun jika penurunannya hingga di bawah 70 mg/dL maka Anda patut waspada. Sebab dalam kondisi ini, penderita umumnya akan mengalami komplikasi jangka pendek, seperti kebingungan dan pusing serta masalah yang lebih serius, termasuk kejang, koma, dan, bahkan kematian.
Lantas bagaimana bisa tahu gula darah dalam tubuh tengah berada di bawah ambang normal?
Mengenali ciri gula darah rendah adalah langkah penting untuk mencegah hipoglikemia parah.
Berikut beberapa tanda dan gejala yang umumnya dialami saat kadar gula darah turun terlalu rendah.
Penyebab gula darah rendah adalah tubuh tidak mendapat glukosa yang cukup untuk menjalankan berbagai fungsi penting.
Ketika tubuh kekurangan gula atau kadar glukosa berada di titik rendah, tubuh akan melepaskan hormon berupa epinefrin. Hormon ini bertanggung jawab atas tanda-tanda peringatan dini atas adanya "ketidakberesan" tubuh, seperti lapar dan gemetar.
Ketika tubuh terlalu sering mengalami hipoglikemik, tubuh mungkin akan berhenti melepaskan hormon epinefrin di titik tertentu. Kondisi ini kemudian disebut kegagalan otonom terkait hipoglikemia atau HAAF (hypoglycemia-associated autonomic failure). Dengan mekanisme ini, tubuh bisa merasa lapar terus-menerus atau malah kehilangan selera makan.
Salah satu efek gula darah rendah adalah munculnya sejumlah masalah pada sistem saraf pusat, seperti sakit kepala ringan, pusing, dan/atau migrain.
Umumnya, rasa sakit kepala akibat gula darah rendah adalah rasa tumpul dan berdenyut di pelipis. Tak sedikit yang merasakan migrain. Namun, pasien dengan migrain biasanya ia merasa ingin mengonsumsi karbohidrat sebelum sakit kepala menyerang.
Tentunya, migrain karena hipoglikemik berbeda dengan migrain pada umumnya. Migrain ini tidak disertai dengan gejala lain, seperti mual, muntah, dan sensitif terhadap cahaya.
Otak menggunakan sumber bahan bakar glukosa agar dapat bekerja dengan baik. Apabila bahan bakarnya tidak cukup maka tidak akan ada produksi neurotransmitter, pembawa pesan kimiawi otak. Alhasil komunikasi antarneuron terganggu.
Hipoglikemia bisa memicu reaksi tubuh seperti gemetar, berkeringat, dan jantung berdebar-debar, yang sama dengan serangan panik.
Selain itu, pasien dengan hipoglikemia juga bisa menunjukkan gejala lain, seperti gangguan mental, mood swing, atau perilaku abnormal. Gejala ini tidak khas atau spesifik, sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis apabila pasien tidak menginformasikan memiliki diabetes.
Ketakutan akan hipoglikemia bisa mengakibatkan kecemasan parah, khususnya pada penderita diabetes. Hal ini akan memengaruhi kesehatan emosional, kualitas hidup, dan manajemen diabetes, sehingga berkontribusi terhadap komplikasi diabetes bisa lebih buruk.
Di dalam dunia medis, terdapat istilah hipoglikemia nokturnal. Istilah ini merujuk pada kadar glukosa yang turun di bawah 70 mg/dL pada malam hari. Ketika mengalaminya, Anda mungkin mengalami sejumlah masalah tidur.
Pada saat ini juga, Anda bisa saja mengalami gejala penyerta, seperti berkeringat, mimpi buruk, dan secara tiba-tiba ingin menangis serta perasaan tidak menentu. Cara mengatasi gula darah rendah ini adalah memakan camilan manis sebelum tidur. Kemudian, pastikan bahwa pembacaan gula darah Anda harus berada di angka antara 90-150 mg/dL sebelum istirahat.
Tremor atau gemetaran merupakan gejala umum hipoglikemia pada penderita diabetes berusia lanjut. Kondisi ini dapat terjadi sebab masih ada kaitannya dengan tubuh yang melepaskan hormon, baik adrenalin maupun non-adrenalin. Tentunya, kondisi ini turut menyertakan reaksi tubuh lain, seperti berkeringat dan jantung berdebar.
Berkeringat juga menjadi tanda hipoglikemia. Sama halnya dengan tremor atau gemetaran, tubuh berkeringat masih ada hubungannya dengan lonjakan hormon yang tubuh lepaskan.
Penelitian membuktikan bahwa penderita diabetes akan berkeringat saat mereka mengalami hipoglikemik. Keringat hampir selalu muncul selama episode gula darah rendah, tetapi akan hilang setelah kadar glukosa mencapai batas aman.
Otak bergantung pada gula darah untuk menghasilkan energi. Jadi, ketika terjadi penurunan glukosa, otak mungkin tidak berfungsi dengan kapasitas penuh. Alhasil, Anda mungkin merasa sulit berkonsentrasi.
Sementara di kasus hipoglikemia parah yang berulang kali memicu risiko kerusakan otak jangka panjang, terutama seputar pembelajaran spasial dan memori.
Menurunnya kadar gula darah ternyata juga berdampak pada masalah penglihatan, seperti pandangan kabur. Bahkan ini menjadi gejala hipoglikemia awal. Namun, permasalahan ini bisa teratasi setelah melakukan pertolongan pertama gula darah rendah, yaitu dengan mengonsumsi gula.
Baca Juga
Ciri-ciri hipoglikemia tidak melulu dirasakan oleh penderita diabetes, nondiabetes pun bisa mengalami hipoglikemia.
Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter apabila Anda merasakan ciri-ciri gula darah rendah di atas. Hal ini dikarenakan hipoglikemia berulang dapat menjadi tanda masalah kesehatan dan memerlukan penanganan medis.
Untuk memeriksa kadar gula darah secara berkala atau berkonsultasi dengan dokter spesialis, Anda dapat memesan paket cek kadar gula darah yang telah kami sediakan di website RS Royal Progress. Tim medis profesional di RS Royal Progress siap membantu Anda memahami kondisi kesehatan Anda dan memberikan solusi yang tepat menyesuaikan dengan kondisi Anda.