Hiperglikemia adalah istilah medis untuk menggambarkan kadar gula darah atau glukosa darah yang lebih tinggi dari batas normal. Kendati hiperglikemia memang identik dengan gejala diabetes melitus, kenaikan gula darah juga dapat terjadi sesaat karena faktor lain.
Gula darah yang terus-menerus tinggi tanpa pengobatan dapat menimbulkan dampak serius. Adapun dampak hiperglikemia bisa berupa retinopati (kerusakan mata), neuropati (gangguan saraf), stroke dan kelainan otak lain, serta peningkatan risiko depresi yang akan dibahas lebih lengkap pada artikel ini.
Utamanya, penyebab hiperglikemia adalah kurangnya produksi insulin, ketidakmampuan sel memanfaatkan gula dengan benar, atau produksi gula berlebihan oleh hati.
Secara normal, tubuh menjaga kestabilan gula darah lewat mekanisme bernama homeostasis glukosa. Mekanisme ini bekerja dengan cara menyeimbangkan gula dari hati dengan pemakaian gula oleh otot dan jaringan lain. Insulin berperan sebagai hormon kunci dalam menjaga keseimbangan tersebut.
Kendati demikian, ada sejumlah faktor risiko hiperglikemia yang turut perlu mendapat perhatian, antara lain:
Selain itu, ada pula beberapa penyebab sekunder dari kondisi ini, yaitu:
Jika pankreas rusak, jumlah insulin yang dihasilkan berkurang dan akhirnya gula darah menjadi tinggi.
Kondisi ini dapat terjadi akibat peradangan kronis pada pankreas, penimbunan zat besi berlebih dalam tubuh (hemokromatosis), kanker pankreas, atau penyakit bawaan seperti fibrosis kistik yang merusak jaringan pankreas.
Ada sejumlah kelainan hormon yang membuat sel tubuh tidak lagi merespons insulin dengan baik. Contohnya, pada sindrom Cushing, tingginya kortisol mengacaukan kontrol gula darah.
Akromegali akibat kelebihan hormon pertumbuhan turut memperlemah fungsi insulin. Sementara itu, feokromositoma (tumor di kelenjar adrenal) menghasilkan hormon stres bernama katekolamin yang dapat memicu kenaikan gula darah.
Selain itu, gula darah tinggi juga bisa dipicu oleh beberapa jenis obat yang memengaruhi insulin, baik dari sisi produksi maupun pemakaiannya. Glukokortikoid, obat peradangan atau penyakit autoimun, menaikkan gula darah dengan meningkatkan produksi glukosa di hati.
Phenytoin, obat anti kejang, dapat menghambat pelepasan insulin. Begitu pula obat dengan kandungan estrogen, seperti pil KB, bisa mengganggu regulasi gula darah pada sebagian orang.
Selama kehamilan, perubahan hormon secara alami menurunkan kemampuan tubuh merespons insulin. Tujuannya adalah agar bayi mendapatkan cukup nutrisi. Namun, pada sebagian wanita, penurunan sensitivitas ini terlalu signifikan sehingga memicu gula darah tinggi yang disebut diabetes gestasional.
Bagi pasien yang kesulitan makan, nutrisi dapat diberikan langsung ke darah lewat TPN atau dekstrosa. Walaupun krusial untuk menyelamatkan nyawa, dosis glukosa yang tinggi ini dapat membuat tubuh kewalahan dalam mengatur insulin dan menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Kenaikan gula darah tak jarang pula terjadi pasca tindakan operasi atau pada pasien dengan kondisi kritis. Hal ini dapat terjadi karena hormon stres dari penyakit atau cedera menstimulasi kenaikan gula darah sebagai bagian dari mekanisme tubuh menghadapi stres.
Gejala hiperglikemia mula-mula sulit disadari. Beberapa tanda awal meliputi:
Gula darah yang terus naik bisa memengaruhi fungsi otak dan saraf. Pada tahap ini, gejala yang mungkin muncul antara lain:
Jika mencapai tingkat ekstrem, gejala-gejala tadi dapat berujung pada koma.
Kadang-kadang, kadar gula darah tinggi dapat memicu kondisi berbahaya bernama ketoasidosis diabetik (KAD). Hal ini terjadi ketika tubuh menghasilkan asam keton (senyawa organik yang menjadi sumber energi bagi jaringan tubuh ketika pasokan glukosa terbatas).
Gejala KAD antara lain mula, muntah, nyeri perut, napas beraroma buah, serta pernapasan cepat atau dangkal sebagai upaya tubuh menormalkan kadar asam.
Jika dokter menduga adanya gula darah tinggi, langkah pertama dalam diagnosis hiperglikemia adalah mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh. Pemeriksaan ini meliputi fungsi jantung dan paru, kewaspadaan mental, dan status hidrasi, untuk menentukan seberapa cepat pasien perlu mendapatkan perawatan.
Di samping itu, tes urine dapat dilakukan oleh dokter untuk mengecek kelebihan glukosa dan keton sebagai indikasi tubuh tidak memproses gula secara optimal.
Jika kasusnya cukup serius dan terdapat indikasi ketidakseimbangan asam serta basa, dokter akan melakukan analisis gas darah (AGD) untuk memeriksa pH serta level bikarbonat. Pemeriksaan ini penting terutama bagi pasien yang berisiko mengalami KAD akibat gula darah tinggi yang tidak terkontrol.
Hiperglikemia yang tidak ditangani dengan baik bisa berujung pada berbagai komplikasi serius yang memengaruhi banyak organ penting di dalam tubuh.
Berikut beberapa komplikasi hiperglikemia yang perlu diwaspadai:
Penatalaksanaan hiperglikemia pada dasarnya bertujuan menekan risiko komplikasi berikut:
Dengan demikian, cara mengatasi hiperglikemia berikut dapat diterapkan:
Implementasi gaya hidup yang sehat dapat langsung berdampak positif pada gula darah, rata-rata dalam jangka beberapa minggu saja. Gaya hidup sehat juga sudah tentu dapat mencegah hiperglikemia bagi semua orang.
Oleh karena itu, program yang menekankan pola makan sehat dan aktivitas fisik teratur dan berolahraga sangat penting dalam mengatasi gula darah tinggi, lebih-lebih jika diet untuk hiperglikemia ini dapat menghasilkan penurunan berat badan sekitar 4 kilogram.
Apabila perubahan gaya hidup tidak efektif dalam memberikan hasil jangka panjang, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun gula darah, di antaranya:
Bila tak tertangani, hiperglikemia dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang yang cukup serius. Namun risiko tersebut dapat berkurang secara signifikan melalui tindakan pencegahan serta penggunaan obat-obatan yang tepat waktu dan, yang tak kalah penting, tepat guna.
Hiperglikemia bukan kondisi yang boleh dianggap sepele, karena gula darah yang terus tinggi pelan-pelan bisa merusak organ tubuh dan menurunkan kualitas hidup Anda. Untuk mencegah komplikasi serius, penting untuk rutin melakukan medical check up yang di dalamnya termasuk pemeriksaan gula darah, sehingga perubahan kadar gula bisa terdeteksi sejak dini dan segera dikendalikan.
Jika Anda mulai merasakan gejala seperti sering haus, sering buang air kecil, mudah lelah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, atau keluhan lain yang dicurigai terkait gula darah, segera konsultasikan diri dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Royal Progress agar mendapatkan penilaian menyeluruh dan rencana terapi yang tepat.
Tidak. Hiperglikemia adalah kondisi gula darah sedang tinggi, sedangkan diabetes adalah penyakit kronis yang salah satu tandanya adalah gula darah sering tinggi dan berlangsung lama.
Bisa. Gula darah bisa naik sementara karena infeksi, stres berat, operasi, atau efek obat tertentu, meskipun orang tersebut belum terdiagnosis diabetes.
Secara umum, gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL atau gula darah 2 jam setelah makan lebih dari 200 mg/dL sudah mengarah ke hiperglikemia, tetapi angka pastinya tetap perlu dinilai dokter sesuai kondisi masing-masing.
Hiperglikemia berarti gula darah terlalu tinggi, sedangkan hipoglikemia berarti gula darah terlalu rendah; keduanya sama-sama berbahaya dan membutuhkan penanganan medis.
