Logo RS Royal Progress
Menu
Buat Janji Temu
Home Blog Waspada Hiperglikemia! Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

Waspada Hiperglikemia! Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

21/11/2025

Hiperglikemia adalah istilah medis untuk menggambarkan kadar gula darah atau glukosa darah yang lebih tinggi dari batas normal. Kendati hiperglikemia memang identik dengan gejala diabetes melitus, kenaikan gula darah juga dapat terjadi sesaat karena faktor lain.

Gula darah yang terus-menerus tinggi tanpa pengobatan dapat menimbulkan dampak serius. Adapun dampak hiperglikemia bisa berupa retinopati (kerusakan mata), neuropati (gangguan saraf), stroke dan kelainan otak lain, serta peningkatan risiko depresi yang akan dibahas lebih lengkap pada artikel ini.

Penyebab Hiperglikemia

Utamanya, penyebab hiperglikemia adalah kurangnya produksi insulin, ketidakmampuan sel memanfaatkan gula dengan benar, atau produksi gula berlebihan oleh hati.

Secara normal, tubuh menjaga kestabilan gula darah lewat mekanisme bernama homeostasis glukosa. Mekanisme ini bekerja dengan cara menyeimbangkan gula dari hati dengan pemakaian gula oleh otot dan jaringan lain. Insulin berperan sebagai hormon kunci dalam menjaga keseimbangan tersebut.

Kendati demikian, ada sejumlah faktor risiko hiperglikemia yang turut perlu mendapat perhatian, antara lain:

  • Berat badan lebih dari 120% berat badan ideal
  • Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2
  • Riwayat diabetes gestasional
  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
  • Riwayat hiperlipidemia atau hipertensi

Selain itu, ada pula beberapa penyebab sekunder dari kondisi ini, yaitu:

1. Kerusakan Pankreas

Jika pankreas rusak, jumlah insulin yang dihasilkan berkurang dan akhirnya gula darah menjadi tinggi.

Kondisi ini dapat terjadi akibat peradangan kronis pada pankreas, penimbunan zat besi berlebih dalam tubuh (hemokromatosis), kanker pankreas, atau penyakit bawaan seperti fibrosis kistik yang merusak jaringan pankreas.

2. Kelainan Hormon Endokrin yang Picu Resistensi Insulin

Ada sejumlah kelainan hormon yang membuat sel tubuh tidak lagi merespons insulin dengan baik. Contohnya, pada sindrom Cushing, tingginya kortisol mengacaukan kontrol gula darah.

Akromegali akibat kelebihan hormon pertumbuhan turut memperlemah fungsi insulin. Sementara itu, feokromositoma (tumor di kelenjar adrenal) menghasilkan hormon stres bernama katekolamin yang dapat memicu kenaikan gula darah.

3. Penggunaan Obat-obatan

Selain itu, gula darah tinggi juga bisa dipicu oleh beberapa jenis obat yang memengaruhi insulin, baik dari sisi produksi maupun pemakaiannya. Glukokortikoid, obat peradangan atau penyakit autoimun, menaikkan gula darah dengan meningkatkan produksi glukosa di hati.

Phenytoin, obat anti kejang, dapat menghambat pelepasan insulin. Begitu pula obat dengan kandungan estrogen, seperti pil KB, bisa mengganggu regulasi gula darah pada sebagian orang.

4. Diabetes Gestasional

Selama kehamilan, perubahan hormon secara alami menurunkan kemampuan tubuh merespons insulin. Tujuannya adalah agar bayi mendapatkan cukup nutrisi. Namun, pada sebagian wanita, penurunan sensitivitas ini terlalu signifikan sehingga memicu gula darah tinggi yang disebut diabetes gestasional.

5. Pemberian Nutrisi Parenteral Total (TPN) dan Dekstrosa

Bagi pasien yang kesulitan makan, nutrisi dapat diberikan langsung ke darah lewat TPN atau dekstrosa. Walaupun krusial untuk menyelamatkan nyawa, dosis glukosa yang tinggi ini dapat membuat tubuh kewalahan dalam mengatur insulin dan menyebabkan kadar gula darah meningkat.

6. Reaktif

Kenaikan gula darah tak jarang pula terjadi pasca tindakan operasi atau pada pasien dengan kondisi kritis. Hal ini dapat terjadi karena hormon stres dari penyakit atau cedera menstimulasi kenaikan gula darah sebagai bagian dari mekanisme tubuh menghadapi stres.

Gejala Hiperglikemia

Gejala hiperglikemia mula-mula sulit disadari. Beberapa tanda awal meliputi:

  • Sering buang air kecil (poliuria), khususnya di malam hari
  • Haus berlebihan (polidipsia)
  • Berat badan turun tanpa sebab jelas

Gula darah yang terus naik bisa memengaruhi fungsi otak dan saraf. Pada tahap ini, gejala yang mungkin muncul antara lain:

  • Merasa sangat lelah atau lesu yang tidak normal (letargi)
  • Lemah atau mati rasa di beberapa bagian tubuh
  • Bingung atau perubahan kesadaran

Jika mencapai tingkat ekstrem, gejala-gejala tadi dapat berujung pada koma.

Kadang-kadang, kadar gula darah tinggi dapat memicu kondisi berbahaya bernama ketoasidosis diabetik (KAD). Hal ini terjadi ketika tubuh menghasilkan asam keton (senyawa organik yang menjadi sumber energi bagi jaringan tubuh ketika pasokan glukosa terbatas).

Gejala KAD antara lain mula, muntah, nyeri perut, napas beraroma buah, serta pernapasan cepat atau dangkal sebagai upaya tubuh menormalkan kadar asam.

Diagnosis Hiperglikemia

Jika dokter menduga adanya gula darah tinggi, langkah pertama dalam diagnosis hiperglikemia adalah mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh. Pemeriksaan ini meliputi fungsi jantung dan paru, kewaspadaan mental, dan status hidrasi, untuk menentukan seberapa cepat pasien perlu mendapatkan perawatan.

  1. Pertama-tama, dokter dapat melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu.
  2. Setelah itu, serangkaian tes darah lain dapat memberikan gambaran yang lebih detail, seperti:
  3. Pemeriksaan elektrolit serum beserta perhitungan anion gap untuk mengetahui ketidakseimbangan yang kerap muncul pada gula darah tinggi
  4. Tes fungsi ginjal, seperti BUN dan kreatinin, mengevaluasi apakah ginjal terdampak oleh kadar gula tinggi
  5. CBC atau hitung darah lengkap bisa mengidentifikasi infeksi atau kondisi tersembunyi lain yang dapat memicu kenaikan gula darah

Di samping itu, tes urine dapat dilakukan oleh dokter untuk mengecek kelebihan glukosa dan keton sebagai indikasi tubuh tidak memproses gula secara optimal.

Jika kasusnya cukup serius dan terdapat indikasi ketidakseimbangan asam serta basa, dokter akan melakukan analisis gas darah (AGD) untuk memeriksa pH serta level bikarbonat. Pemeriksaan ini penting terutama bagi pasien yang berisiko mengalami KAD akibat gula darah tinggi yang tidak terkontrol.

Komplikasi Hiperglikemia

Hiperglikemia yang tidak ditangani dengan baik bisa berujung pada berbagai komplikasi serius yang memengaruhi banyak organ penting di dalam tubuh.

Berikut beberapa komplikasi hiperglikemia yang perlu diwaspadai:

  • Kerusakan mata (retinopati), yang awalnya menimbulkan penglihatan kabur hingga akhirnya bisa menyebabkan kebutaan bila dibiarkan terlalu lama.
  • Kerusakan saraf (neuropati), ditandai dengan kesemutan, rasa kebas, atau seperti tertusuk-tusuk terutama di tangan dan kaki.
  • Kerusakan ginjal (nefropati), karena ginjal terus-menerus menyaring darah yang kaya gula hingga akhirnya bisa berujung pada gagal ginjal dan membutuhkan cuci darah.
  • Penyakit jantung dan stroke, akibat pembuluh darah menjadi kaku dan tersumbat sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan gangguan aliran darah ke otak.
  • Masalah pada kaki, mulai dari luka yang sulit sembuh, infeksi, hingga berisiko amputasi bila aliran darah dan saraf sudah sangat terganggu.
  • Kondisi gawat darurat seperti ketoasidosis diabetik atau sindrom hiperglikemi hiperosmolar, yang bisa menyebabkan napas cepat, mual-muntah, lemas berat, penurunan kesadaran, bahkan koma.

Tatalaksana dan Pencegahan Hiperglikemia

Penatalaksanaan hiperglikemia pada dasarnya bertujuan menekan risiko komplikasi berikut:

  • Penyakit ginjal dan mata dengan menstabilkan tekanan darah serta menurunkan gula darah
  • Penyakit jantung iskemik, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer melalui kontrol hipertensi, hiperlipidemia, dan menghentikan kebiasaan merokok
  • Sindrom metabolik dengan menjaga berat badan dan mengontrol gula darah

Dengan demikian, cara mengatasi hiperglikemia berikut dapat diterapkan:

1. Perubahan Gaya Hidup

Implementasi gaya hidup yang sehat dapat langsung berdampak positif pada gula darah, rata-rata dalam jangka beberapa minggu saja. Gaya hidup sehat juga sudah tentu dapat mencegah hiperglikemia bagi semua orang.

Oleh karena itu, program yang menekankan pola makan sehat dan aktivitas fisik teratur dan berolahraga sangat penting dalam mengatasi gula darah tinggi, lebih-lebih jika diet untuk hiperglikemia ini dapat menghasilkan penurunan berat badan sekitar 4 kilogram.

2. Penggunaan Obat Hiperglikemia

Apabila perubahan gaya hidup tidak efektif dalam memberikan hasil jangka panjang, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun gula darah, di antaranya:

  • Metformin: Mengurangi produksi glukosa oleh hati. Obat ini umumnya aman digunakan, dengan efek samping paling sering berupa gangguan pencernaan.
  • Sulfonilurea: Menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak insulin. Dari segi efektivitas, obat ini hampir setara dengan metformin.
  • Glinida: Seperti halnya sulfonilurea, glinida juga meningkatkan produksi insulin. Karena waktu paruhnya lebih singkat dibanding sulfonilurea, obat ini perlu dikonsumsi lebih sering.
  • Thiazolidinedione: Bekerja dengan meningkatkan kepekaan otot, jaringan lemak, dan hati terhadap insulin. Efeknya terhadap kontrol gula darah cenderung lebih awet daripada sulfonilurea. Adapun efek samping yang sering terjadi adalah kenaikan berat badan.
  • Insulin: Obat yang paling efektif untuk menurunkan gula darah. Berbeda dari obat-obat sebelumnya, tidak ada dosis insulin maksimum yang menghentikan efek pengobatan.

Bila tak tertangani, hiperglikemia dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang yang cukup serius. Namun risiko tersebut dapat berkurang secara signifikan melalui tindakan pencegahan serta penggunaan obat-obatan yang tepat waktu dan, yang tak kalah penting, tepat guna.

Hiperglikemia bukan kondisi yang boleh dianggap sepele, karena gula darah yang terus tinggi pelan-pelan bisa merusak organ tubuh dan menurunkan kualitas hidup Anda. Untuk mencegah komplikasi serius, penting untuk rutin melakukan medical check up yang di dalamnya termasuk pemeriksaan gula darah, sehingga perubahan kadar gula bisa terdeteksi sejak dini dan segera dikendalikan.

Jika Anda mulai merasakan gejala seperti sering haus, sering buang air kecil, mudah lelah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, atau keluhan lain yang dicurigai terkait gula darah, segera konsultasikan diri dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Royal Progress agar mendapatkan penilaian menyeluruh dan rencana terapi yang tepat.

FAQ

Apakah hiperglikemia sama dengan diabetes?

Tidak. Hiperglikemia adalah kondisi gula darah sedang tinggi, sedangkan diabetes adalah penyakit kronis yang salah satu tandanya adalah gula darah sering tinggi dan berlangsung lama.

Bisakah hiperglikemia terjadi pada orang tanpa diabetes?

Bisa. Gula darah bisa naik sementara karena infeksi, stres berat, operasi, atau efek obat tertentu, meskipun orang tersebut belum terdiagnosis diabetes.

Berapa kadar gula darah yang dianggap hiperglikemia?

Secara umum, gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL atau gula darah 2 jam setelah makan lebih dari 200 mg/dL sudah mengarah ke hiperglikemia, tetapi angka pastinya tetap perlu dinilai dokter sesuai kondisi masing-masing.

Apa perbedaan hiperglikemia dan hipoglikemia?

Hiperglikemia berarti gula darah terlalu tinggi, sedangkan hipoglikemia berarti gula darah terlalu rendah; keduanya sama-sama berbahaya dan membutuhkan penanganan medis.

  • Management of Diabetes and Hyperglycemia in Hospitalized Patients - Endotext - NCBI Bookshelf
  • Hyperglycemia - StatPearls - NCBI Bookshelf
  • Medical Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes: A Consensus Algorithm for the Initiation and Adjustment of Therapy: A consensus statement of the American Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes - PMC

Artikel Lainnya

Kenali Hipokalemia, dari Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Bukan hanya hiperkalemia, hipokalemia juga termasuk gangguan elektrolit yang kerap terjadi karena perubahan jumlah kalium yang masuk ke tubuh. Bila sudah parah, kondisi ini bisa memicu komplikasi serius hingga mengancam nyawa, misalnya aritmia maupun kegagalan pernapasan. Penyebab Hipokalemia Hipokalemia adalah kondisi ketika kadar kalium atau potassium dalam darah lebih rendah dari batas normal. Faktanya kekurangan […]
17/11/2025

Apa Itu Tipes? Ketahui Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Tipes atau demam tifoid bukan sekadar penyakit musiman. Di tengah gaya hidup yang serba cepat dan kadang abai terhadap kebersihan makanan, tipes bisa menginfeksi siapa saja. Mulai dari anak-anak, dewasa, bahkan pekerja kantoran yang jarang makan di rumah, semua bisa terinfeksi. Meski terdengar umum, tipes tetap berbahaya jika tidak memperoleh terapi medis yang tepat. Mari […]
29/10/2025

Mengenal Artritis Gout: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Bangun tidur, jempol kaki terasa nyeri luar biasa; merah, bengkak, dan panas hingga berjalan pun terasa mustahil. Banyak orang mengira itu hanya keseleo biasa, padahal bisa jadi tanda artritis gout. Kondisi ini bukan sekadar "nyeri sendi biasa", melainkan penyakit yang dapat merusak sendi. Akhirnya, pergerakan menjadi terbatas, aktivitas harian terganggu, bahkan kualitas hidup menurun karena rasa […]
07/10/2025

Ingin berkonsultasi dengan dokter spesialis yang tepat?

Dengan dokter spesialis berpengalaman, kami siap memberikan penanganan terbaik untuk setiap keluhan dan penyakit yang Anda alami. Jelajahi dokter di rumah sakit kami dan temukan dokter yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Cari Dokter

Halo,
Ada yang bisa
Kami bantu?

Customer Care
crossmenuchevron-down