Fibrosis paru adalah bagian dari penyakit paru interstisial yang berdampak pada sistem respirasi penderitanya. Penyakit ini bersifat progresif, yang pada gilirannya akan berujung pada gagal napas jika tidak mendapat penanganan.
Lantas apa itu fibrosis paru? Penyebab dan gejalanya apa? Bagaimana penanganannya?
Fibrosis paru adalah kondisi di mana terdapat kerusakan pada jaringan paru, tepatnya di area kantung udara alveoli dan kerusakan tersebut membentuk jaringan parut (fibrosis).
Jaringan parut ini kemudian mengeras dan menebal sehingga mengurangi elastisitas paru-paru dalam mengembang dan menyerap oksigen sebagaimana mestinya.
Akibatnya terjadi tekanan yang menyebabkan penderita kesulitan bernapas dan terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah secara drastis.
Merujuk Pulmonary Fibrosis Foundation dan American Lung Association, ada lima kategori fibrosis paru yang sudah teridentifikasi penyebabnya.
Berikut obat yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan paru:
Radiasi di dada, seperti terapi kanker paru-paru atau payudara dapat memicu efek samping berupa kerusakan jaringan paru beberapa bulan atau terkadang bertahun-tahun setelah pengobatan.
Seberapa parah kerusakannya biasanya tergantung pada:
Fibrosis paru familial sebenarnya sangatlah langka. Seseorang bisa didiagnosis fibrosis jenis ini jika dua atau lebih anggota dalam keluarga yang menderita fibrosis paru idiopatik atau bentuk pneumonia interstisial idiopatik lainnya.
Jadi, ada gen yang telah dikaitkan dengan fibrosis paru, tetapi keterkaitan ini masih membutuhkan kajian lebih dalam.
Sebagian kasus juga bisa disebabkan oleh penyakit penyerta (komorbid) atau autoimun seperti:
Jenis pekerjaan yang Anda lakukan dan tempat Anda bekerja atau juga lingkungan tempat tinggal bisa menjadi penyebab atau sebagian penyebab fibrosis paru.
Kontak terus menerus atau berulang dengan racun atau polutan dapat berimbas pada fungsi paru-paru, terutama jika Anda tidak memakai alat pelindung diri.
Contoh polutan yang mungkin memengaruhi, yaitu
IPF (Idiopathic Pulmonary Fibrosis) atau fibrosis paru idiopatik adalah jenis fibrosis yang penyebabnya belum pasti.
Sekitar 50.000 kasus baru IPF didiagnosis setiap tahun. Kebanyakan pasien IPF pertama kali mulai menyadari gejalanya antara usia 50 dan 70 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa jumlah kasus IPF pada perempuan terus meningkat.
Meski belum pasti penyebabnya, sejumlah dokter mengaitkannya dengan faktor risiko fibrosis paru, seperti merokok atau paparan polusi udara.
Di sisi lain, banyak orang dengan fibrosis paru idiopatik juga menderita penyakit refluks gastroesofageal atau GERD. Penyakit GERD sendiri berpotensi menjadi faktor risiko fibrosis paru idiopatik yang dapat mempercepat tingkat keparahannya. Namun, fakta ini memerlukan kajian lebih mendalam.
Setiap pasien mengungkapkan gejala yang berbeda-beda. Namun, beberapa gejala ini mungkin bisa menjadi penanda awal:
Anda mungkin mengalami kondisi ini seiring berkembangnya penyakit.
Penyakit ini dapat berkembang dengan cepat dan memicu gejala yang lebih parah dalam waktu singkat.
Contohnya pada fibrosis paru idiopatik, terjadi gejala eksaserbasi akut karena penyakit penyerta, seperti abses paru karena infeksi. Eksaserbasi merupakan kondisi di mana tubuh mengalami sesak napas mendadak dan cepat memburuk sehingga berakibat fatal yaitu mengancam jiwa.
Namun, tidak semua mengalaminya. Artinya pada sebagian kasus, perkembangan penyakit ini tergolong lama, bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Dengan kata lain, perjalanan penyakit ini bervariasi pada setiap individu, baik dari segi kecepatan perkembangan maupun tingkat keparahannya.
Diagnosis fibrosis paru menggunakan kombinasi pemeriksaan klinis dan tes diagnostik. Berikut sejumlah tes yang dokter gunakan untuk mendiagnosis:
Pencitraan, khususnya rontgen paru dapat menunjukkan adanya kerusakan atau jaringan parut di paru.
Dibandingkan rontgen biasa, CT scan dada resolusi tinggi (HRCT) mampu memberikan citraan lebih detail, sehingga memungkinkan dokter mendeteksi perubahan kecil atau kelainan di paru-paru.
Pemeriksaan spirometri bertujuan untuk menganalisis sejauh mana kemampuan paru, seperti kapasitas udara yang bisa Anda hirup dan kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen.
Tes darah dapat membantu mengecek tanda-tanda peradangan atau penyakit autoimun yang mungkin berkontribusi pada fibrosis paru.
Untuk menguatkan diagnosis, terkadang dokter perlu mengambil tindakan biopsi atau menyayat sejumlah kecil jaringan paru untuk diperiksa dan dianalisis di laboratorium.
Mengukur efisiensi paru-paru dalam pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida melalui aktivitas fisik.
Hingga saat ini, tersedia obat untuk menyembuhkan fibrosis paru. Namun, terdapat empat metode pengobatan fibrosis paru untuk menghambat perkembangan penyakit dan meminimalkan gejala.
Obat-obatan, seperti prednisone, azathioprine, pirfenidone, dan nintedanib memiliki kemampuan meredakan peradangan dan menghambat pertumbuhan jaringan parut.
Meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan meredakan sesak napas dengan tambahan terapi oksigen.
Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan organ paru dan kualitas hidup pasien. Dalam pengobatan, dokter akan menyarankan rehabilitasi paru yang melibatkan program latihan fisik, konseling dan edukasi, juga dukungan psikologis.
Apabila penyakit sudah sangat parah dan tubuh sudah tidak merespons pengobatan lain, pilihan pengobatan terakhir adalah pencangkokan paru-paru sehat.
Baca Juga:
Paru-paru yang sehat sangat penting untuk menjaga kualitas hidup. Untuk itu, jangan biarkan penyakit paru-paru seperti fibrosis paru menimpa Anda.
Anda bisa deteksi dini gejala yang Anda alami dengan paket medical check up paru di RS Royal Progress atau konsultasi segera terkait apa yang Anda rasakan dengan dokter spesialis paru dan pernapasan yang sudah berpengalaman.