Bayangkan Anda tertidur lelap, lalu tiba-tiba terbangun dengan napas terputus, dada sesak, dan jantung berdegup kencang. Mengerikan, bukan? Kejadian itu berulang malam demi malam tanpa alasan jelas. Kondisi ini bukan sekadar gangguan tidur biasa; bisa jadi itu tanda sleep apnea, masalah tidur yang diam-diam mengancam kesehatan.
Sleep apnea sering luput disadari, padahal dampaknya bisa serius. Lalu, sebenarnya apa itu sleep apnea? Apa penyebab dan gejalanya? Dan bagaimana cara mengobatinya?
Secara sederhana, sleep apnea artinya gangguan tidur serius ketika pernapasan seseorang berhenti dan mulai lagi secara periodik saat tidur.
Kata "apnea" sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tanpa napas". Jeda pernapasan ini dapat berlangsung dari beberapa detik hingga lebih dari satu menit dan bisa terjadi puluhan, bahkan ratusan kali dalam semalam.
Hal ini menyebabkan otak dan tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen yang memadai. Saat pernapasan terhenti, otak akan bereaksi dengan membangunkan Anda secara singkat agar pernapasan berlanjut. Meskipun sering kali Anda tidak menyadari prosesnya, pada akhirnya kualitas tidur yang buruk ini menimbulkan rasa kantuk kronis di siang hari.
Sleep apnea terbagi menjadi tiga jenis utama berdasarkan penyebabnya, yaitu:
Sama seperti namanya (obstructive = sumbatan), penyebab jenis sleep apnea ini adalah sumbatan fisik pada jalan napas.
Saat terlelap, jalan napas bagian atas dapat menyempit karena otot-otot di sekitarnya terlalu rileks. Kondisi ini membuat udara terhambat masuk, walau sinyal pernapasan dari otak terus bekerja. Gejalanya biasanya berupa dengkuran keras yang tiba-tiba terhenti, lalu disusul hembusan napas tersengal.
CSA merupakan tipe sleep apnea yang jarang terjadi. Penyebab utamanya adalah gangguan komunikasi antara otak dengan otot pengendali napas. Akibatnya, Anda tidak berusaha untuk bernapas selama periode waktu tertentu. Berbeda dengan OSA, dengkuran biasanya tidak dominan pada kasus ini.
Dikenal juga sebagai treatment-emergent central sleep apnea. Ini adalah kondisi di mana seseorang memiliki kombinasi dari kedua jenis sleep apnea. Biasanya, gejala CSA muncul atau menjadi lebih jelas setelah pengobatan untuk OSA dimulai.
Sleep apnea tidak mengenal usia. Meski begitu, ada faktor tertentu yang membuat risikonya lebih besar.
Risiko mengalami OSA bisa bertambah jika seseorang memiliki faktor-faktor berikut.
Baca Juga:
Faktor risiko CSA, yaitu:
Meskipun gejala sleep apnea bervariasi dan tidak penderita sadari, tapi orang terdekat biasanya bisa mengenali.
Beberapa tanda atau gejala umumnya meliputi:
Proses diagnosis sleep apnea biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:
Jika gejala mengarah pada sleep apnea, dokter dapat merekomendasikan tes tidur (polysomnography).
Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa meminta pasien mengumpulkan data sendiri di rumah. Misalnya dengan sleep diary atau menggunakan alat pemantau portabel untuk mencatat pola tidur dan tingkat kewaspadaan di siang hari.
Tidak ada satu metode yang sama untuk semua pasien. Setiap terapi medis sudah disesuaikan dengan level keparahan dan kondisi yang mendasarinya. Jika kasusnya tergolong ringan, penanganan awal umumnya fokus pada modifikasi gaya hidup. Contohnya diet, berhenti merokok, atau mengatasi alergi hidung.
Pada kasus yang tidak membaik dengan perubahan gaya hidup atau bila sleep apnea cukup parah, tersedia beberapa pilihan pengobatan lain, yaitu:
CPAP bekerja dengan cara sederhana, tapi efektif yakni memberikan tekanan udara stabil melalui masker saat pasien tidur. Tekanan ini membantu menjaga saluran napas tetap terbuka, sehingga henti napas tidak berulang.
Perangkat ini dipakai saat tidur dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Ada dua jenis utama, yaitu.
Pada beberapa pasien, dokter dapat merekomendasikan pemasangan implan yang mendeteksi pola napas dan memberikan rangsangan ringan ke otot saluran napas.
Selain itu, ada juga stimulator saraf hypoglossal yang memerlukan pembedahan untuk memasangnya. Perangkat ini berguna untuk mengontrol pergerakan lidah agar saluran napas tetap terbuka saat tidur.
Latihan khusus untuk otot lidah, bibir, langit-langit lunak, dan dinding tenggorokan dapat membantu memperkuat otot serta memperbaiki posisinya. Terapi ini juga mendukung pernapasan lebih baik saat tidur.
Jika terapi lain tidak efektif atau ada masalah struktural pada saluran napas, pembedahan bisa menjadi pilihan, misalnya:
Sleep apnea bukan hanya soal dengkuran atau tidur terganggu, tapi bisa berdampak serius pada kesehatan jantung, otak, hingga kualitas hidup. Mengenali gejala sejak dini, memahami faktor risikonya, dan mendapatkan diagnosis tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi.
Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda sleep apnea, segera konsultasikan ke tenaga medis berpengalaman. Dokter spesialis THT-Bedah Kepala dan Leher di RS Royal Progress siap membantu dengan pemeriksaan dan perawatan yang komprehensif agar tidur Anda kembali nyenyak dan kesehatan tetap terjaga.
Penyebabnya tergantung jenisnya.
Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan, kebiasaan tidur, dan faktor risiko Anda. Jika dicurigai sleep apnea, dokter bisa menyarankan tes tidur (polysomnography) di rumah sakit atau alat pemantau tidur portabel untuk digunakan di rumah.
Sleep apnea bisa dikontrol dan dikelola dengan tepat. Pengobatan tergantung tingkat keparahan dan penyebabnya. Kadang cukup dengan perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan atau berhenti merokok. Namun pada kasus lebih berat, diperlukan terapi medis.
Ya. Sleep apnea yang tidak ditangani bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, hingga gangguan konsentrasi yang berujung pada kecelakaan.