Logo RS Royal Progress
Menu
Buat Janji Temu
Home Blog Mengenal Gangguan Tidur Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Mengenal Gangguan Tidur Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

21/10/2025

Bayangkan Anda tertidur lelap, lalu tiba-tiba terbangun dengan napas terputus, dada sesak, dan jantung berdegup kencang. Mengerikan, bukan? Kejadian itu berulang malam demi malam tanpa alasan jelas. Kondisi ini bukan sekadar gangguan tidur biasa; bisa jadi itu tanda sleep apnea, masalah tidur yang diam-diam mengancam kesehatan.

Sleep apnea sering luput disadari, padahal dampaknya bisa serius. Lalu, sebenarnya apa itu sleep apnea? Apa penyebab dan gejalanya? Dan bagaimana cara mengobatinya?

Apa Itu Sleep Apnea?

Secara sederhana, sleep apnea artinya gangguan tidur serius ketika pernapasan seseorang berhenti dan mulai lagi secara periodik saat tidur.

Kata "apnea" sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tanpa napas". Jeda pernapasan ini dapat berlangsung dari beberapa detik hingga lebih dari satu menit dan bisa terjadi puluhan, bahkan ratusan kali dalam semalam.

Hal ini menyebabkan otak dan tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen yang memadai. Saat pernapasan terhenti, otak akan bereaksi dengan membangunkan Anda secara singkat agar pernapasan berlanjut. Meskipun sering kali Anda tidak menyadari prosesnya, pada akhirnya kualitas tidur yang buruk ini menimbulkan rasa kantuk kronis di siang hari.

Penyebab Sleep Apnea dan Jenis-jenisnya

Sleep apnea terbagi menjadi tiga jenis utama berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Sama seperti namanya (obstructive = sumbatan), penyebab jenis sleep apnea ini adalah sumbatan fisik pada jalan napas.

Saat terlelap, jalan napas bagian atas dapat menyempit karena otot-otot di sekitarnya terlalu rileks. Kondisi ini membuat udara terhambat masuk, walau sinyal pernapasan dari otak terus bekerja. Gejalanya biasanya berupa dengkuran keras yang tiba-tiba terhenti, lalu disusul hembusan napas tersengal.

2. Central Sleep Apnea (CSA)

CSA merupakan tipe sleep apnea yang jarang terjadi. Penyebab utamanya adalah gangguan komunikasi antara otak dengan otot pengendali napas. Akibatnya, Anda tidak berusaha untuk bernapas selama periode waktu tertentu. Berbeda dengan OSA, dengkuran biasanya tidak dominan pada kasus ini.

3. Complex Sleep Apnea Syndrome (CSAS)

Dikenal juga sebagai treatment-emergent central sleep apnea. Ini adalah kondisi di mana seseorang memiliki kombinasi dari kedua jenis sleep apnea. Biasanya, gejala CSA muncul atau menjadi lebih jelas setelah pengobatan untuk OSA dimulai.

Faktor Risiko Sleep Apnea

Sleep apnea tidak mengenal usia. Meski begitu, ada faktor tertentu yang membuat risikonya lebih besar.

Obstructive Sleep Apnea

Risiko mengalami OSA bisa bertambah jika seseorang memiliki faktor-faktor berikut.

  • Kelebihan berat badan (obesitas). Khususnya tumpukan lemak di sekitar jalur napas atas dapat menyempitkan jalannya udara.
  • Lingkar leher besar dan tebal cenderung memiliki saluran napas yang lebih sempit.
  • Saluran napas sempit karena bawaan seperti tenggorokan sempit, amandel, atau adenoid yang membesar dapat menutup saluran napas, terutama pada anak.
  • Pria 2-3 kali lebih berisiko. Sementara risiko wanita meningkat jika kelebihan berat badan atau sudah menopause.
  • Usia lanjut.
  • Riwayat keluarga.
  • Kebiasaan konsumsi alkohol, obat penenang, atau obat tidur. Zat ini dapat membuat otot tenggorokan terlalu rileks sehingga memperburuk sumbatan.
  • Perokok memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi karena rokok memicu peradangan dan penumpukan cairan di saluran napas.
  • Hidung tersumbat kronis, masalah anatomi hidung, atau alergi yang menghambat pernapasan.
  • Kondisi medis tertentu, seperti gagal jantung, hipertensi, diabetes tipe 2, sindrom ovarium polikistik (PCOS), gangguan hormonal, riwayat stroke, dan penyakit paru kronis (misalnya asma) dapat memperbesar risiko.

Central Sleep Apnea

Faktor risiko CSA, yaitu:

  • Lanjut usia
  • Pria
  • Gangguan kardiovaskular
  • Obat pereda nyeri narkotik terutama opioid kerja panjang seperti metadon
  • Riwayat stroke

Tanda dan Gejala Sleep Apnea

Meskipun gejala sleep apnea bervariasi dan tidak penderita sadari, tapi orang terdekat biasanya bisa mengenali.

Beberapa tanda atau gejala umumnya meliputi:

  • Dengkuran keras dan kronis
  • Henti napas sesaat saat tidur (sering disaksikan pasangan tidur)
  • Terengah-engah atau tersedak saat tidur
  • Tidur gelisah dan sering terbangun
  • Rasa kantuk berlebihan di siang hari
  • Sakit kepala di pagi hari
  • Konsentrasi menurun, mudah lupa
  • Perubahan mood: mudah marah, depresi, atau cemas

Diagnosis Sleep Apnea

Proses diagnosis sleep apnea biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:

  • Meninjau riwayat medis dan faktor risiko, termasuk kondisi medis yang mendasari, riwayat keluarga, hingga gaya hidup.
  • Menanyakan kebiasaan tidur dan gejala, seperti dengkuran keras, sering terbangun, rasa kantuk di siang hari, atau sakit kepala pagi hari.
  • Mengevaluasi kemungkinan kondisi lain, misalnya penyakit tiroid juga bisa menyebabkan kantuk berlebihan.
  • Meninjau obat yang dikonsumsi, terutama obat penenang atau opioid yang bisa memperburuk sleep apnea.

Jika gejala mengarah pada sleep apnea, dokter dapat merekomendasikan tes tidur (polysomnography).

Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa meminta pasien mengumpulkan data sendiri di rumah. Misalnya dengan sleep diary atau menggunakan alat pemantau portabel untuk mencatat pola tidur dan tingkat kewaspadaan di siang hari.

Pengobatan Sleep Apnea

Tidur dengan alat CPAP
Tidur dengan alat CPAP

Tidak ada satu metode yang sama untuk semua pasien. Setiap terapi medis sudah disesuaikan dengan level keparahan dan kondisi yang mendasarinya. Jika kasusnya tergolong ringan, penanganan awal umumnya fokus pada modifikasi gaya hidup. Contohnya diet, berhenti merokok, atau mengatasi alergi hidung.

Pada kasus yang tidak membaik dengan perubahan gaya hidup atau bila sleep apnea cukup parah, tersedia beberapa pilihan pengobatan lain, yaitu:

1. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)

CPAP bekerja dengan cara sederhana, tapi efektif yakni memberikan tekanan udara stabil melalui masker saat pasien tidur. Tekanan ini membantu menjaga saluran napas tetap terbuka, sehingga henti napas tidak berulang.

2. Perangkat Mulut (Oral Appliance)

Perangkat ini dipakai saat tidur dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Ada dua jenis utama, yaitu.

  • Mandibular repositioning mouthpiece yang menahan rahang pada posisi tertentu agar tidak menutup saluran napas.
  • Perangkat penahan lidah akan menjaga posisi lidah tetap di depan agar tidak menghalangi saluran napas. Umumnya, perangkat ini direkomendasikan pada kasus sleep apnea ringan atau kasus yang hanya muncul saat tidur telentang.

3. Implan dan Stimulator Saraf

Pada beberapa pasien, dokter dapat merekomendasikan pemasangan implan yang mendeteksi pola napas dan memberikan rangsangan ringan ke otot saluran napas.

Selain itu, ada juga stimulator saraf hypoglossal yang memerlukan pembedahan untuk memasangnya. Perangkat ini berguna untuk mengontrol pergerakan lidah agar saluran napas tetap terbuka saat tidur.

4. Terapi Otot Mulut dan Wajah

Latihan khusus untuk otot lidah, bibir, langit-langit lunak, dan dinding tenggorokan dapat membantu memperkuat otot serta memperbaiki posisinya. Terapi ini juga mendukung pernapasan lebih baik saat tidur.

5. Terapi Bedah

Jika terapi lain tidak efektif atau ada masalah struktural pada saluran napas, pembedahan bisa menjadi pilihan, misalnya:

  • Tonsilektomi atau pengangkatan amandel yang membesar.
  • Jaw advancement surgery dengan memajukan posisi rahang atas dan bawah untuk memperluas saluran napas.
  • Trakeostomi membuat lubang langsung pada trakea untuk membantu pernapasan. Biasanya hanya dilakukan pada kasus sangat berat.

Sleep apnea bukan hanya soal dengkuran atau tidur terganggu, tapi bisa berdampak serius pada kesehatan jantung, otak, hingga kualitas hidup. Mengenali gejala sejak dini, memahami faktor risikonya, dan mendapatkan diagnosis tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi.

Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda sleep apnea, segera konsultasikan ke tenaga medis berpengalaman. Dokter spesialis THT-Bedah Kepala dan Leher di RS Royal Progress siap membantu dengan pemeriksaan dan perawatan yang komprehensif agar tidur Anda kembali nyenyak dan kesehatan tetap terjaga.

FAQ

Apa penyebab utama sleep apnea?

Penyebabnya tergantung jenisnya.

  • Pada Obstructive Sleep Apnea (OSA), saluran napas tersumbat karena otot tenggorokan terlalu rileks.
  • Pada Central Sleep Apnea (CSA), otak tidak mengirim sinyal yang tepat ke otot pernapasan.
  • Complex Sleep Apnea (CSAS) adalah kombinasi keduanya.

Bagaimana cara dokter mendiagnosis sleep apnea?

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan, kebiasaan tidur, dan faktor risiko Anda. Jika dicurigai sleep apnea, dokter bisa menyarankan tes tidur (polysomnography) di rumah sakit atau alat pemantau tidur portabel untuk digunakan di rumah.

Apakah sleep apnea bisa disembuhkan?

Sleep apnea bisa dikontrol dan dikelola dengan tepat. Pengobatan tergantung tingkat keparahan dan penyebabnya. Kadang cukup dengan perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan atau berhenti merokok. Namun pada kasus lebih berat, diperlukan terapi medis.

Apakah sleep apnea berbahaya jika dibiarkan?

Ya. Sleep apnea yang tidak ditangani bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, hingga gangguan konsentrasi yang berujung pada kecelakaan.

  • Sleep Apnea: What It Is, Causes, Symptoms & Treatment - Cleveland Clinic
  • What is Sleep Apnea? Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment - Healthline
  • Sleep apnea - Symptoms and causes - Mayo Clinic
  • Sleep Apnea - American Sleep Apnea Society
  • Sleep apnoea - NHS
  • 5 Treatment Options for Sleep Apnea - Healthline
Artikel Lainnya

Radang Amandel: Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Tenggorokan sering sakit? Bisa jadi bukan flu biasa, melainkan radang amandel atau tonsilitis. Kondisi ini muncul ketika amandel meradang atau membengkak akibat infeksi. Bukan hanya pembengkakan amandel, penderita juga akan merasakan nyeri saat menelan, demam, dan napas tersendat. Tanpa terapi adekuat, kondisi ini berpotensi berkembang menjadi komplikasi yang lebih berat. Lalu, apa sebenarnya radang amandel […]
25/09/2025

Mengenal Sinusitis, Peradangan pada Jaringan Sinus

Pernahkah Anda mengalami pilek, hidung mampet, yang disertai nyeri di sekitar mata atau dahi? Mungkin Anda mengira ini adalah gejala influenza biasa. Tapi, jika keluhan ini tak kunjung membaik dan sering kambuh, bisa jadi Anda tengah menderita sinusitis. Banyak yang menganggap keluhan tersebut sebagai flu atau reaksi alergi biasa. Padahal sinusitis memerlukan penanganan yang berbeda […]
01/08/2025

Ingin berkonsultasi dengan dokter spesialis yang tepat?

Dengan lebih dari 90 dokter spesialis berpengalaman, kami siap memberikan penanganan terbaik untuk setiap keluhan dan penyakit yang Anda alami. Jelajahi dokter di rumah sakit kami dan temukan dokter yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Cari Dokter

Halo,
Ada yang bisa
Kami bantu?

Customer Care
crossmenuchevron-down