Alzheimer memang sering dikira hanya sekadar pikun. Padahal, Alzheimer merupakan gangguan otak serius yang berisiko memengaruhi kemampuan berpikir, berbicara, dan mengingat, hingga bisa berdampak besar terhadap kualitas hidup penderitanya, lho.
Fakta ini makin mengkhawatirkan ketika tahu bahwa penyakit Alzheimer termasuk salah satu penyebab demensia paling umum di dunia. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini dan memahami metode pengobatan yang mungkin dilakukan. Yuk, kita bahas bersama!
Secara medis, Alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang mengakibatkan kerusakan fungsi otak secara perlahan. Kondisi ini pun memengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir, dan fungsi kognitif penderitanya.
Berbeda dengan pikun biasa, Alzheimer menimbulkan penurunan kognitif yang terus memburuk seiring berjalannya waktu. Jika pikun karena usia biasanya bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas harian, dalam kasus Alzheimer penderitanya bisa sampai kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri.
Menurut studi dari Journal of Global Health, terjadi peningkatan yang cukup signifikan mengenai jumlah pasien Alzheimer global. Jika di tahun 1992 ada lebih dari 4 juta penderita, maka di tahun 2021 jumlahnya mencapai 9,84 jutaan orang. Mengejutkannya lagi, di tahun 2036 jumlahnya diproyeksikan meningkat hingga 19,12 juta orang.
Secara ilmiah, Alzheimer disebabkan oleh kegagalan dua jenis protein otak yang bernama beta-amiloid dan tau (neurofibril). Penumpukan beta-amiloid menciptakan plak yang merusak sel otak, sementara neurofibril tau membentuk kusut di dalam neuron, sehingga akan mengganggu transportasi nutrisi antarsel.
Ketika sel-sel otak rusak dan kehilangan koneksi satu sama lain, otomatis kemampuan otak pun menurun. Seiring waktu, sel-sel ini pun mati dan mengakibatkan penyusutan jaringan otak.
Nah, beberapa faktor risiko yang akan membuat penyebab Alzheimer di atas dapat terjadi di sistem otak adalah:
Usia merupakan faktor risiko paling signifikan terkait perkembangan Alzheimer. Bahkan, kemungkinannya menjadi dua kali lipat setelah Anda mencapai usia 65 tahunan.
Individu yang keluarganya punya riwayat Alzheimer juga berisiko terkena penyakit ini hingga 1,73 kali lipat. Hal ini bisa terjadi, bahkan jika hanya ada satu dari orang tua dan saudara kandung yang mengalaminya.
Penderita Down Syndrom punya salinan ekstra kromosom 21, yang mengakibatkan produksi protein beta-amiloid mengalami peningkatan pesat. Kelebihan produksi protein ini pun akan mempercepat kerusakan otak. Tidak heran jika Alzheimer sering muncul lebih awal pada orang dengan sindrom ini.
Wanita berisiko mengidap Alzheimer karena usia harapan hidup yang lebih lama daripada pria, sehingga ketika menyentuh usia 60 tahun ke atas, mereka lebih mungkin berisiko terkena penyakit ini. Lalu, karena sistem imun yang lebih kuat, maka akumulasi plak amiloid di otak juga lebih besar.
Riwayat trauma otak berat atau berulang akibat kecelakaan atau olahraga ekstrem dapat memicu proses peradangan di otak yang berujung pada Alzheimer.
Gaya hidup yang tidak sehat berisiko mendatangkan masalah beragam masalah kesehatan, seperti obesitas, kolesterol tinggi, diabetes tipe 2, hingga hipertensi. Penyakit-penyakit ini dapat mengganggu aliran darah menuju otak, sehingga penurunan fungsi kognitif akan lebih cepat.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat membuat risiko seseorang terkena Alzheimer lebih tinggi, Meskipun begitu, bukan berarti polusi udara jadi penyebab langsungnya.
Konsumsi alkohol secara berlebihan dan jangka panjang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena Alzheimer. Hal ini terjadi karena alkohol dapat merusak volume materi putih otak dan menyusutkan bagian otak yang berkaitan dengan memori.
Gejala Alzheimer tidak langsung muncul, karena berkembang perlahan seiring berjalannya waktu, seperti:
Gangguan ingatan ini dapat terdeteksi ketika Anda sering lupa berbagai hal penting atau remeh, seperti lupa janji, sering mengulang pertanyaan, lupa posisi meletakkan barang, hingga tersesat di tempat yang dulu dilewati.
Seiring perkembangan penyakit, penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan memahami konsep abstrak, termasuk angka. Tidak heran jika kemampuan mengelola keuangan penderita Alzheimer terlihat memburuk.
Selain kesulitan untuk melakukan lebih dari satu tugas (multitasking), mereka juga tidak mampu mengerjakan tugas sederhana yang butuh kemampuan berpikir.
Kemampuan mengambil keputusan penderita penyakit juga terganggu. Hal ini bisa diamati ketika mereka mungkin mulai menunjukkan penilaian yang tidak biasa dalam situasi sosial.
Misalnya, mereka memakai pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca atau membuat keputusan yang tidak logis dalam kesehariannya.
Penderita Alzheimer mungkin mulai lupa cara melakukan rutinitas terdahulunya, seperti mandi, berpakaian, atau menyiapkan makanan.
Mereka juga kesulitan mengikuti langkah-langkah dalam suatu aktivitas, seperti mengikuti resep memasak atau mengoperasikan alat rumah tangga.
Perubahan suasana hati dan perilaku pun jadi sangat nyata dan mudah terlihat. Mereka bisa mudah marah, curiga tanpa alasan, mengalami depresi, atau menarik diri dari lingkungan sosial. Tidak jarang, pola tidur pun terganggu mereka pun terganggu.
Secara medis, cara mengobati Alzheimer secara total belum ditemukan. Tapi tenang, ada berbagai metode yang bisa membantu memperlambat progresnya dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Inilah kenapa penting sekali untuk segera melakukan pemeriksaan ketika muncul gejala-gejala awal.
Meskipun belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan, tapi pengobatan penyakit ini tetap ada dan lebih fokus pada manajemen gejala. Penanganannya ini pun terbagi menjadi tiga pendekatan: obat, terapi, dan perubahan kebiasaan.
Pengobatan dengan obat bertujuan mengelola gejala dan memperlambat penurunan fungsi otak. Jenis obat yang umum digunakan antara lain:
Obat ini bekerja dengan meningkatkan kadar zat kimia yang membantu komunikasi antarsel saraf di otak. Dengan begitu, gejala pada tahap Alzheimer ringan hingga sedang dapat melambat.
Penggunaannya ketika Alzheimer ada di tahap sedang hingga berat. Obat ini membantu mengelola aktivitas glutamat di otak agar tidak merusak sel saraf otak.
Penderita Alzheimer sering mengalami kecemasan, mudah marah, atau depresi. Obat ini hadir untuk membantu menstabilkan suasana hati dan mengurangi gejala perilaku yang mengganggu.
Selain obat, aktivitas pendamping juga penting untuk menjaga fungsi otak dan kesejahteraan emosional, seperti:
Melibatkan latihan kelompok yang berguna untuk merangsang ingatan, perhatian, dan kemampuan berpikir melalui permainan, diskusi, atau aktivitas terstruktur lainnya.
Pendekatan personal yang bertujuan membantu pasien kembali melakukan aktivitas harian yang penting melalui bimbingan dari tenaga profesional dan keluarga.
Pasien mendapatkan paparan dari foto, benda kenangan, atau lagu-lagu dari masa lalu, sehingga bisa membangun ikatan emosional dan membantu pasien tetap merasa terhubung dengan identitasnya.
Agar tidak kesulitan beradaptasi dengan keadaan barunya, penderita Alzheimer akan diarahkan untuk membuat kebiasaan harian baru, yaitu:
Meskipun ada beberapa faktor yang tidak bisa diubah, Anda tetap bisa melakukan beberapa upaya pencegahan agar kesehatan otak terjaga, seperti:
Jika Anda atau orang terdekat mulai mengalami gejala seperti di atas, maka sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Di RS Royal Progress, Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis saraf untuk mengecek kondisi lebih lanjut. Penanganannya pun tersedia untuk memastikan kualitas hidup penderita terjaga.
Oleh karena itu, jangan abaikan gejala awalnya karena penanganan sejak dini bisa membuat kondisi lebih terkendali. Periksa dan jaga kesehatan otak Anda sekarang juga. Cegah dampak penyakit Alzheimer sejak dini demi kualitas hidup yang lebih baik bersama Rumah Sakit Royal Progress.