Tekanan darah tinggi (hipertensi) tidak memunculkan gejala dan bisa berbahaya jika tidak mendapat penanganan tepat. Hal ini karena darah tinggi bisa meningkatkan risiko Anda terkena stroke, serangan jantung, gagal ginjal, disfungsi seksual, dan gangguan medis lainnya. Dan karena jarang menimbulkan gejala membuat hampir separuh orang dewasa tidak menyadari memilikinya. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah dengan pemeriksaan rutin.
Namun, apa penyebab darah tinggi pada seseorang? Mari kita bahas, apa saja faktor risiko tekanan darah tinggi.
National Institute on Aging (NIA) menyatakan usia yang terus bertambah berdampak pada peningkatan tekanan darah. Hal ini karena pembuluh darah mengalami perubahan secara alami, seperti arteri kaku yang mampu meningkatkan risiko hipertensi.
Garam atau natrium, adalah salah satu penyebab hipertensi. Ketika Anda mengonsumsi garam dalam jumlah tinggi, tubuh akan menahan lebih banyak air untuk mencairkan natrium dalam darah. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dan selanjutnya berdampak pada tekanan darah.
Di sisi lain, WHO telah menganjurkan untuk mengonsumsi garam kurang dari 5 gram per hari. Namun, faktanya banyak orang mengonsumsi garam lebih dari anjuran asupan harian dalam pola makannya. Hal ini tentu berkontribusi pada tensi yang tinggi.
Faktor risiko penyebab tensi tinggi lainnya, obesitas atau kelebihan berat badan. Obesitas menyumbang sekitar 65-78% kasus hipertensi primer.
Ketika massa tubuh bertambah, organ seperti jantung harus kerja ekstra dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Ginjal juga membutuhkan aliran darah lebih tinggi agar dapat berfungsi dengan baik. Akhirnya, hal ini berpotensi meningkatkan tensi darah.
Lifestyle yang tidak sehat juga bisa meningkatkan risiko penyakit ini, seperti:
Memiliki anggota inti dengan riwayat medis hipertensi juga berdampak pada tingginya pengembangan potensi terkena kondisi ini.
Meski faktor keturunan tidak bisa Anda ubah, Anda bisa mempraktikkan sejumlah tindakan preventif untuk meminimalisir risiko. Misalnya, dengan menjalani pola hidup sehat, mempertahankan massa tubuh ideal, dan mengurangi asupan garam.
Menurut CDC, mayoritas orang yang berusia di atas 18 tahun membutuhkan setidaknya 7 jam tidur malam untuk kesehatan yang optimal. Namun, banyak pula yang tidak merasa cukup dan ini memengaruhi kesehatan, terutama jika Anda mempunyai tekanan darah tinggi.
Hal ini karena tekanan darah Anda turun sewaktu tidur. Itu memberi tubuh Anda istirahat. Mengalami insomnia, masalah tidur lainnya, atau terlalu sedikit tidur, berarti tubuh Anda tidak mendapat banyak istirahat.
Hipertensi yang berkembang selama kehamilan disebut hipertensi gestasional dengan angka diastolik lebih tinggi dari 140/90 mmHG.
Jika saat melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan, Anda terindikasi memilikinya, dokter akan memberikan penanganan untuk mengelolanya agar tidak membahayakan Anda dan janin.
Lalu, apa penyebab tekanan darah tinggi pada ibu hamil?
Berikut sejumlah kemungkinan yang menjadi penyebab tekanan darah tinggi pada bumil.
Meski penyebab secara keseluruhan tidak dapat teridentifikasi secara spesifik, tetapi kondisi kesehatan seseorang juga bisa berkontribusi menyebabkan hipertensi sekunder. Contohnya karena menderita penyakit gagal ginjal kronis, kelainan jantung bawaan atau kondisi jantung abnormal lain, juga penyakit autoimun tertentu.
Beberapa obat, seperti steroid, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dekongestan, pil KB, dan obat lain juga mampu meningkatkan tensi Anda.
Penyebab darah tinggi, seperti usia, riwayat keluarga dan genetika, ras dan etnis, serta jenis kelamin, tidak bisa Anda ubah. Namun, Anda tetap bisa mengambil langkah untuk mengurangi faktor risiko hipertensi dan komplikasinya.
Jika Anda merasa memiliki risiko (seperti genetik atau riwayat keluarga) atau sudah mengalami gejala hipertensi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Royal Progress. Dengan penanganan yang tepat, Anda bisa menjalani hidup yang lebih sehat dan bebas dari risiko komplikasi serius akibat hipertensi.