Preeklamsia masih menjadi momok yang menakutkan bagi setiap wanita yang tengah mengandung. Pasalnya, komplikasi kehamilan ini merupakan penyebab kematian lebih dari 70 ribu ibu dan 500 ribu janin tiap tahunnya di seluruh dunia.
Di tanah air, kasus ini juga menjadi perhatian serius karena menjadi penyebab kematian tertinggi pada ibu yang tengah hamil. Meski berbahaya, gangguan ini dapat dicegah apabila terdeteksi sejak awal. Untuk itu, setiap ibu hamil wajib memahami penyebab preeklamsia, gejala, termasuk cara mencegah dan mengobatinya.
Preeklamsia merupakan komplikasi yang timbul pada masa kehamilan dan ditandai dengan sejumlah gejala seperti hipertensi dan proteinuria (urine mengandung protein). Umumnya, gangguan ini muncul setelah usia kandungan 20 minggu.
Jika tidak segera memperoleh penanganan, kondisi ini dapat berbahaya tidak hanya bagi ibu tapi juga janinnya. Keterlambatan penanganan bisa membuat komplikasi ini berkembang menjadi eklamsia yang berisiko fatal, seperti kejang, stroke, koma, kelahiran prematur, hingga ancaman kematian.
Sayangnya, banyak ibu hamil yang tidak menyadari gejala awal preeklamsia dan komplikasi ini dapat memburuk secara tiba-tiba. Oleh sebab itu, tiap ibu hamil wajib melakukan periksa kehamilan secara berkala guna mendeteksi adanya gejala preeklamsia sejak dini.
Hingga kini, penyebab utama dari preeklamsia dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Tapi, para ahli sepakat bahwa masalah utama berasal dari plasenta.
Di masa awal kehamilan, pembuluh darah baru terbentuk guna memberikan pasokan oksigen dan juga nutrisi ke janin melalui plasenta. Tapi, pada ibu yang menderita preeklamsia, pembuluh darah ini tidak berfungsi atau bahkan tidak berkembang. Akibatnya, terjadi masalah peredaran darah sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi.
Selain masalah pada pembuluh darah ini, ada sejumlah kondisi yang turut meningkatkan risiko ibu hamil mengalami masalah preeklamsia, seperti:
Apabila Anda mengalami lebih dari dua faktor risiko di atas, kemungkinan Anda untuk menderita preeklamsia akan jauh lebih besar.
Mayoritas ibu yang tengah hamil mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengalami preeklamsia karena mereka tidak merasakan gejala apa pun. Atau, mungkin mereka mengabaikan sejumlah gejala yang muncul. Kondisi ini umumnya terdeteksi ketika mereka melakukan periksa hamil.
Gejala awal biasanya adalah tekanan darah tiba-tiba meningkat tidak seperti biasanya dan munculnya bengkak di bagian tubuh tertentu. Selain itu, pada saat melakukan cek laboratorium, akan ditemukan kandungan protein pada urine.
Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk melakukan check lab pada trimester 2 dan 3 guna mendeteksi ciri-ciri preeklamsia yang timbul. Menurut gejala yang timbul dan juga tingkat keparahan, preeklamsia dapat dibedakan jadi dua yakni ringan dan berat.
Inilah sejumlah tanda-tanda yang muncul.
Inilah sejumlah gejala yang mungkin Anda rasakan saat mengalami preeklamsia ringan:
Keluhan ini timbul ketika kehamilan menginjak usia lebih dari 20 minggu.
Komplikasi tersebut bisa menjadi semakin parah dan meningkatkan risiko kematian.
Inilah sejumlah tanda saat Anda mengalami preeklamsia berat:
Ketika preeklamsia yang Anda derita sudah dalam tingkatan yang parah, Anda akan dirujuk ke rumah sakit terdekat guna mendapatkan observasi yang lebih lanjut. Dalam banyak kasus, ibu hamil umumnya akan disarankan untuk segera melahirkan bayinya guna mencegah komplikasi yang lebih parah.
Dokter akan menentukan metode penanganan preeklamsia berdasarkan tingkat keparahan gejala yang Anda alami.
Inilah beberapa langkah yang umumnya akan diambil:
Untuk preeklamsia ringan, dokter akan menyarankan rawat jalan. Selain itu, Anda juga perlu mengubah gaya hidup Anda misalnya dengan melakukan diet khusus dan membatasi asupan garam guna menstabilkan tekanan darah.
Apabila tekanan darah Anda tak kunjung menurun dalam kurun waktu 2 minggu, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk memperoleh penanganan intensif di rumah sakit. Dengan begitu, dokter bisa dengan mudah melakukan observasi kondisi Anda.
Apabila preeklamsia semakin parah dan tekanan darah Anda melebihi 160/110, dokter akan meresepkan obat anti hipertensi. Jika ada indikasi kejang dan tanda-tanda stroke, dokter akan memberikan obat antikonvulsan seperti magnesium sulfat.
Satu-satunya cara pengobatan paling ampuh dalam menangani preeklamsia adalah dengan melahirkan bayi. Dokter akan merekomendasikan langkah ini ketika usia kehamilan Anda telah mencapai 37 atau 38 minggu.
Apabila kehamilan Anda masih terlalu dini, dokter akan terus memantau ketat kondisi Anda dan mempertahankan kehamilan. Tapi, untuk kasus yang telah parah, proses kelahiran ini akan dilakukan lebih awal guna menyelamatkan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Dalam beberapa kasus, seorang ibu bisa mengalami preeklamsia setelah melahirkan. Oleh sebab itu, meski bayi telah lahir, ibu harus tetap dipantau kondisinya mulai 2 hari sampai 6 minggu setelah proses persalinan. Apabila tidak memperoleh penanganan, preeklamsia pascapersalinan ini dapat mengakibatkan kejang, stroke, dan komplikasi lain.
Sebenarnya tidak ada cara pasti dalam pencegahan preeklamsia karena penyebab komplikasi ini belum diketahui dengan pasti. Namun, risiko terjadinya preeklamsia dapat Anda cegah dengan mengontrol tekanan darah.
Sejumlah tips dalam mencegah terjadinya komplikasi dalam kehamilan Anda yaitu:
Preeklamsia memang menakutkan. Tapi dengan pengetahuan dan pemeriksaan rutin, kondisi ini dapat terdeteksi dan ditangani sebelum menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Jangan pernah menganggap remeh gejala apa pun yang Anda rasakan. Ada ataupun tidak ada keluhan, Anda tetap harus periksa dengan rutin guna memantau kondisi kehamilan Anda.
Guna mendeteksi adanya risiko preeklamsia, lakukanlah pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Royal Progress. Dapatkan penanganan langsung dari dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang berpengalaman. Jadwalkan janji temu Anda sekarang juga melalui website resmi RS Royal Progress.