Bedah minimal invasif atau Minimally invasive surgery adalah teknik bedah modern yang telah memimpin evolusi perawatan bedah. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang teknik ini, mengapa mereka penting, jenisnya, serta manfaat dan risikonya.
Apa itu Bedah Minimal Invasif?
Bedah minimal invasif adalah suatu teknik yang dirancang untuk melakukan operasi tanpa perlu membuat sayatan besar pada tubuh pasien. Sebagai gantinya, ahli bedah menggunakan instrumen kecil yang dimasukkan melalui sayatan kecil atau saluran tubuh, seperti endoskopi, untuk mengakses area yang memerlukan perbaikan atau pengangkatan.
Mengutip pernyataan dari salah satu Spesialis Bedah di RS Royal Progress, dr. Ika Megatia, B.MedSc, SpB, FINACS, FICS mengatakan “Umumnya prosedur bedah dilakukan menggunakan alat-alat bedah kecil yang akan membuat sayatan kecil di area yang telah ditentukan. Kemudian melalui sayatan tersebut, dokter akan menyelesaikan proses operasi dan setelahnya sayatan tersebut akan dijahit.”.
Tujuan & Keunggulan Bedah Minimal Invasif
Tujuan utama yang memang menjadi keunggulan dari bedah minimal invasif adalah:
Minimal sayatan : Mengurangi kerusakan pada jaringan sehat di sekitar area yang diperlukan.
Pemulihan yang Cepat: Memungkinkan pemulihan yang lebih cepat bagi pasien.
Risiko yang Rendah: Mengurangi risiko komplikasi dan infeksi pascaoperasi.
Bekas yang Kecil: Pasien memiliki luka operasi yang lebih kecil dan bekas yang lebih sedikit.
Prosedur Bedah Minimal Invasif
Prosedur bedah minimal invasif melibatkan beberapa langkah, secara umum sebagai berikut:
Pemindaian dan Pemilihan Instrumen: Dokter melakukan pemindaian untuk memandu instrumen ke area yang tepat.
Sayatan Kecil: Sayatan kecil dibuat untuk memasukkan instrumen.
Prosedur Bedah: Dokter melakukan prosedur menggunakan instrumen yang dimasukkan.
Penutupan dan Pemulihan: Sayatan ditutup, dan pasien dipantau selama pemulihan.
Indikasi dan Kondisi yang Dapat Diobati
Prosedur bedah minimal invasif adalah pilihan yang sesuai untuk berbagai kondisi medis yang melibatkan perbaikan atau pengangkatan jaringan tubuh. Berikut adalah beberapa contoh lebih lanjut tentang kondisi medis yang dapat diobati dengan teknik bedah minimal invasif:
Kolesistektomi: Pengangkatan kantung empedu adalah salah satu prosedur yang sering menggunakan teknik minimal invasif. Pasien dengan batu empedu atau masalah lain pada kantung empedu dapat mendapatkan manfaat dari operasi ini.
Appendektomi: Pengangkatan usus buntu adalah prosedur yang biasanya memerlukan tindakan segera. Bedah minimal invasif dengan laparoskopi memungkinkan pengangkatan usus buntu tanpa perlu sayatan besar.
Operasi Hernia: Reparasi hernia inguinal atau hernia ventral adalah contoh lain dari kondisi yang dapat diobati dengan metode minimal invasif. Ini termasuk perbaikan hernia pada pangkal paha atau perut.
Operasi Hemoroid dengan Laser: operasi Hemoroid atau wasir menggunakan teknologi laser, tanpa sayatan dan minimal nyeri pasca operasi.
Biopsy: yaitu pengambilan sampel jaringan dengan teknik bedah minimal invasif di rongga perut,payudara, dan lainnya.
Operasi organ kandungan: pengangkatan kista, sterilisasi permanen, dan lainnya.
Operasi Refluks Asam Lambung: Pengobatan penyakit refluks gastroesofageal (GERD) dapat melibatkan bedah minimal invasif, yang membantu mengurangi gejala refluks asam lambung yang menyakitkan.
Operasi Ginjal: Pengangkatan tumor atau batu ginjal sering dilakukan menggunakan laparoskopi atau teknik robotik. Ini mengurangi risiko untuk pasien dan mempercepat pemulihan.
Operasi Tulang Belakang: Beberapa jenis operasi tulang belakang, seperti fusi tulang belakang, dapat dilakukan dengan teknik minimal invasif, mengurangi kerusakan pada jaringan di sekitar tulang belakang.
Operasi Orthopedi: Pasien dengan kondisi seperti osteoartritis atau cedera acl dapat memilih bedah minimal invasif untuk perbaikan tulang dan sendi.
Operasi Kardiovaskular: Beberapa prosedur jantung, seperti perbaikan katup jantung, dapat dilakukan dengan teknik bedah minimal invasif. Hal ini membantu mengurangi kerusakan pada jaringan jantung dan mempercepat pemulihan.
Operasi Kanker: Beberapa jenis kanker, seperti kanker prostat, juga dapat diobati dengan bedah minimal invasif. Ini sering menjadi alternatif yang lebih baik daripada metode tradisional.
Operasi Pencernaan: Penyakit seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif dapat mengharuskan operasi. Bedah minimal invasif dapat digunakan untuk mengatasi kondisi ini dengan lebih sedikit komplikasi pascaoperasi.
Operasi Ginekologi: Wanita dengan masalah ginekologi, seperti histerektomi atau penanganan kista ovarium, dapat merasa lebih nyaman dengan prosedur minimal invasif yang menghasilkan pemulihan yang lebih cepat.
Operasi Saraf: Untuk kasus-kasus yang melibatkan masalah saraf, seperti pengangkatan tumor otak atau perbaikan masalah saraf tertentu, bedah minimal invasif dapat memberikan manfaat dalam mengakses area yang sulit dijangkau tanpa sayatan besar.
Risiko dan Komplikasi
Meskipun risiko dan komplikasi bedah minimal invasif lebih rendah dibandingkan dengan bedah konvensional, tetap ada potensi risiko, seperti infeksi, perdarahan, atau masalah anestesi. Dokter dan tim medis akan memitigasi risiko ini selama prosedur.
Kesimpulan
Dengan perkembangan teknologi dan metode bedah minimal invasif yang semakin canggih, lebih banyak kondisi medis dapat diobati dengan risiko yang lebih rendah dan pemulihan yang lebih cepat. Keputusan untuk menjalani prosedur bedah minimal invasif harus dibahas secara detail dengan dokter yang bersangkutan untuk menentukan apakah teknik ini sesuai dengan kondisi pasien.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mempertimbangkan prosedur bedah, berkonsultasilah dengan ahli bedah yang berpengalaman dalam bedah minimal invasif di RS Royal Progress dengan menghubungi Customer Care kami terlebih dahulu, yang akan membantu Anda membuat perjanjian dengan dokter spesialis di RS Royal Progress.
Paru-paru adalah organ vital yang berperan penting dalam sistem pernapasan dan kesehatan keseluruhan tubuh kita. Dengan semakin meningkatnya polusi udara dan gaya hidup yang kurang sehat, menjaga kesehatan paru-paru menjadi semakin krusial untuk menjaga kualitas hidup yang optimal. Meski dikepung dengan berbagai polusi saat ini, ada beberapa cara menjaga kesehatan paru-paru yang efektif untuk Anda […]
Kadar kreatinin dan ureum yang tinggi dalam darah sering kali menjadi sinyal adanya gangguan pada fungsi ginjal, yang jika dibiarkan, dapat berujung pada komplikasi kesehatan yang serius. Oleh karena itu, memahami cara menurunkan kreatinin dan ureum secara efektif menjadi hal penting bagi siapa pun yang ingin menjaga keseimbangan tubuh. Dalam artikel ini, Anda akan menemukan […]
Kadar ureum tinggi bisa menjadi tanda peringatan adanya gangguan dalam sistem ekskresi tubuh, khususnya pada fungsi ginjal. Sebagai produk sisa dari metabolisme protein, ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen) nantinya terbuang melalui urine. Namun, ketika kadar ureum meningkat melebihi batas normal, hal ini bisa menunjukkan adanya masalah serius yang berpotensi mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Mengapa […]
Ingin berkonsultasi dengan dokter spesialis yang tepat?
Dengan lebih dari 90 dokter spesialis berpengalaman, kami siap memberikan penanganan terbaik untuk setiap keluhan dan penyakit yang Anda alami. Jelajahi dokter di rumah sakit kami dan temukan dokter yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Rumah Sakit Royal Progress adalah rumah sakit swasta di pusat Kota Jakarta Utara dengan layanan IGD respon cepat 24 jam dan layanan unggulan di bidang bedah ortopedi dan tulang belakang.
Jl. Danau Sunter Utara, RT.6/RW.12, Sunter Agung, Kec. Tj. Priok, Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14350