Subdural hematoma adalah suatu kondisi di mana terdapat darah di antara selaput otak dan otak, yang seringkali diakibatkan benturan kepala keras atau cedera otak traumatis. Keadaan ini juga bisa muncul tanpa adanya cedera yang terlihat.
Apabila tidak segera memperoleh penanganan, perdarahan akan terus terjadi hingga volumenya meluas. Kumpulan darah tersebut akhirnya mendesak otak hingga menimbulkan gejala, mulai dari ringan hingga fatal, bahkan menghilangkan nyawa.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang apa itu subdural hematoma, penyebab, gejala yang muncul, serta metode perawatan yang tersedia.
Subdural hematoma adalah terjadinya perdarahan atau hematoma di ruang subdural, tepatnya persis di bawah duramater, membran terluar yang melindungi susunan sel-sel otak yang ada di bawah calvarium (bagian tengkorak yang cembung dan berbentuk kubah).
Jadi, perdarahan terbentuk di dalam rongga tengkorak, antara otak dan selaput otak. Terkadang, pada kondisi kecil dan belum parah, perdarahan bisa hilang dengan sendirinya.
Namun, pada keadaan yang lebih parah, dibutuhkan tindakan pembedahan. Pasalnya, darah yang terkumpul bisa menekan otak sehingga memicu sakit luar biasa.
Apabila volume perdarahan terus meningkat, perdarahan bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran, bahkan kematian.
Istilah lain untuk menyebut kondisi medis ini adalah perdarahan subdural Gejalanya bergantung pada kecepatan perdarahan, volume, serta lokasi perdarahan.
Pada saat terjadi benturan keras di kepala hingga terjadi trauma otak mendadak dengan perdarahan serius, seseorang mungkin langsung pingsan atau koma.
Namun di lain waktu, seseorang mungkin tampak normal selama beberapa hari setelah terjadi trauma kepala. Kemudian, penderita perlahan-lahan menjadi bingung dan pingsan. Penyebabnya tak lain lambatnya laju perdarahan yang menyebabkan perdarahan membesar secara perlahan.
Pada kasus perdarahan yang tumbuh lambat, mungkin tidak ada gejala yang terlihat selama lebih dari 2 minggu.
Selain itu, ada gejala lain yang menyertai keadaan ini.
Berdasarkan waktunya, perdarahan hematoma terbagi menjadi tiga, yaitu.
Penyebabnya berkaitan dengan cedera otak traumatis.
Jadi, begitu terjadi benturan keras pada kepala ada kemungkinan bahwa pembuluh darah di bawah duramater sobek. Alhasil, darah keluar membran dan terjadi hematoma. Jika volumenya makin besar, ia akan mendesak otak.
Setelah itu, akan timbul manifestasi seperti disorientasi, pusing, mual, atau pingsan dalam durasi jam, bahkan menit. Karena gejala yang timbul sangat cepat, seseorang yang mengalaminya harus segera mendapat pertolongan medis.
Sementara hematoma subakut, perdarahannya terjadi secara bertahap. Penyebabnya sama. Namun gejala seperti muntah dan pusing luar biasa akan muncul dalam hitungan hari atau minggu. Kondisi ini juga harus mendapatkan penanganan medis.
Terakhir, subdural hematoma kronis yang kerap menimpa lansia dengan atrofi otak alami. Sistem tubuh manusia, makin tua, otak akan mengalami penurunan ukuran. Penyusutan ini bisa mengakibatkan melemahnya jaringan vaskuler yang sejajar dengan durameter.
Jaringan halus ini mungkin mulai bocor dengan sendirinya setelah terjadi benturan ringan dan dapat diperberat jika pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Gejalanya berkembang secara perlahan bahkan bisa tidak disadari pada awalnya dan mudah disalahartikan sebagai kondisi lain. Seperti tumor otak, stroke, atau demensia.
Gejalanya meliputi disorientasi, kesulitan menelan, mudah mengantuk, dan mati rasa di lengan, kaki, atau wajah.
Asal muasal kelainan ini karena terjadinya perdarahan akibat robeknya pembuluh darah dibawah selaput otak. Membran yang sobek akhirnya mengeluarkan darah hingga membentuk hematoma.
Makin besar volume hematoma, makin besar tekanannya pada otak dan mengganggu kinerja sel-sel otak.
Cedera otak yang memicu hematoma adalah kecelakaan mobil, jatuh, atau kekerasan. Di sisi lain, pada lansia, trauma kepala ringan memiliki potensi besar memicu hematoma karena melemahnya jaringan vaskuler.
Pasien dengan riwayat pengobatan antikoagulan (pengencer darah) atau mempunyai histori medis penyalahgunaan alkohol juga bisa meningkatkan rasio terkena kondisi ini.
Individu yang memperoleh pertolongan medis setelah mengalami trauma otak hebat umumnya mendapat tindakan medis berupa pencitraan kepala dengan computerized tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI scan).
Tes ini menghasilkan gambar penampang dalam tempurung kepala yang bisa mendeteksi adanya perdarahan.
Tingkat keparahan menjadi faktor utama penetapan tindakan medis yang akan dokter lakukan. Perawatan bisa berupa istirahat dan menunggu hingga hilang sendiri, pemanfaatan sejumlah obat khusus, atau operasi otak.
Pembedahan bisa berupa:
Ini merupakan tindakan mengebor lubang kecil di tempurung kepala yang lokasinya persis di atas area perdarahan. Setelahnya dokter akan menyedot darah keluar menggunakan alat khusus melalui lubang yang sudah ada.
Pada kasus hematoma yang meluas, dokter akan menyarankan tindak kraniotomi, yaitu pembedahan tengkorak. Di sini, dokter akan membagi dua bilah tempurung kepala. Kemudian mengangkat satu bagian untuk mendapatkan akses lebih baik ke area hematoma subdural.
Setelahnya, dokter akan mengangkat hematoma dan memasang kembali bagian tengkorak. Agar tetap aman, pemasangan tengkorak diperkuat dengan pelat logam dan sekrup.
Ada beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya komplikasi, baik setelah terjadi trauma kepala atau sesaat setelah dokter menangani cedera. Kondisi yang mungkin terjadi termasuk:
Parah tidaknya komplikasi sangat terpengaruh pada seberapa parah cedera otak selama kecelakaan yang menyebabkan hematoma.
Masalah kesehatan lain juga bisa memengaruhi komplikasi, khususnya pada jenis subdural hematoma kronis atau akut. Pasien dengan tingkat risiko tinggi mengalaminya adalah riwayat konsumsi obat antikoagulan dan lansia.
Komplikasi seperti kejang, masih bisa terjadi, bahkan setelah tidak ada lagi hematoma di kepala dan Anda telah pulih dari gejala langsungnya.
Saat kepala terbentur dengan keras atau terjadi trauma otak kepala, lekas hubungi dokter untuk mendapat penanganan. Sebab, benturan atau tumbukan di kepala tidak harus menimbulkan luka fisik, tetapi perdarahan di dalam bisa lebih berbahaya dari luka yang tampak.
Selain itu, apabila Anda kehilangan kesadaran sesaat terjadi cedera atau kondisi berikut:
Segeralah ke dokter terdekat untuk memperoleh penanganan yang tepat karena bisa jadi itu tanda subdural hematoma. Anda bisa melakukan konsultasi mudah bersama dokter spesialis saraf atau neurologis RS Royal Progress. Atau, langsung saja buat janji temu secara online melalui link berikut.