Jangan anggap sepele jika terjadi perdarahan abnormal dari vagina, khususnya jika dokter menduga penyebabnya adalah karena polip rahim. Meski tidak semua polip perlu penanganan khusus karena kebanyakan bersifat jinak, namun Anda perlu mewaspadainya.
Nah, informasi berikut akan membahas tuntas tentang polip agar Anda lebih memahami soal penyakit ini. Dengan demikian, Anda dapat memilih penanganan dengan lebih tepat.
Polip rahim adalah pertumbuhan endometrium (lapisan terdalam rahim) yang berlebihan di dalam rongga rahim. Dalam bahasa medis, polip rahim adalah polip endometrium. Polip ini bisa mengiritasi jaringan di sekitarnya dan memicu timbulnya bercak atau perdarahan vagina.
Ukuran polip endometrium bermacam-macam, mulai dari diameter sekian milimeter saja sampai beberapa sentimeter lebih. Selain itu, jenis polip ini bisa bersifat tunggal atau tumbuh bergerombol.
Apakah polip rahim berbahaya? Sebetulnya, 95% polip endometrium bersifat jinak. Namun demikian, 20% wanita yang terdiagnosis kanker rahim ternyata juga mengidap polip jinak di saat yang bersamaan.
Lalu, apakah polip rahim mengganggu kehamilan juga? Sayangnya, polip ini bisa berdampak negatif pada kesuburan wanita. Polip ini juga berpotensi menyebabkan keguguran.
Untuk itu, dokter dapat merekomendasikan tes laboratorium seandainya Anda sulit hamil atau sering keguguran. Bila polip terbukti ada, kemungkinan besar akan diusulkan pengangkatan.
Mayoritas pasien polip endometrium tidak memperlihatkan gejala apapun. Sedangkan pada penderita lainnya dapat dijumpai satu atau lebih gejala berikut ini:
Di samping itu, perubahan hormonal yang memicu polip juga dapat menyebabkan kondisi seperti penebalan dinding rahim. Penebalan dinding rahim adalah kondisi yang perlu diwaspadai karena bisa memengaruhi kesehatan reproduksi.
Polip rahim disebabkan oleh pertumbuhan abnormal jaringan endometrium berupa pembengkakan dan penyusutan lapisan rahim selama siklus menstruasi.
Sementara itu, polip endometrium sensitif terhadap estrogen. Artinya, tumbuhnya polip ini berkaitan dengan kadar hormon dan merupakan respons atas keberadaan estrogen di dalam darah.
Namun, polip endometrium jarang terdeteksi pada wanita di bawah usia 20 tahun. Angka kejadiannya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kemudian, puncaknya terjadi pada usia 50-an dan secara bertahap berkurang setelah menopause.
Tidak hanya itu, faktor lainnya yang turut berisiko menyebabkan polip ini antara lain:
Diagnosis polip pada umumnya ditentukan melalui histeroskopi. Caranya, teleskop tipis dimasukkan ke dalam rongga rahim. Dengan demikian, dokter bedah dapat memeriksa bagian dalam rahim.
Selain itu, scan USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi polip ini. Pemeriksaan pencitraan juga bertujuan untuk memastikan apakah massa tersebut benar polip atau justru bentuk pertumbuhan lain seperti tumor.
Sayangnya, metode tadi tidak selalu akurat, apalagi bila pasien masih muda dan dalam masa subur. Pasalnya, hasil pemindaian kemungkinan menganggap lipatan yang menebal di dinding rahim sebagai polip.
Maka dari itu, dokter memerlukan pemeriksaan histeroskopi guna menegakkan diagnosis yang akurat. Diagnosis akhir ditetapkan setelah sampel polip diambil dan dikirim ke laboratorium. Kemudian, laboratorium yang akan mengonfirmasi ada tidaknya polip beserta jenisnya.
Penanganan polip endometrium cukup bervariasi. Pilihannya ditentukan oleh berbagai faktor, seperti gejala yang menyertai, profil risiko Anda, dan ukuran polip.
Ada polip yang sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan campur tangan dokter. Namun, ada pula polip yang perlu ditangani secara medis untuk mengatasi gejala-gejalanya, mencegah polip kambuh, dan memastikan bahwa polip tersebut tidak berpotensi menjadi kanker rahim.
Berikut ini adalah beberapa prosedur medis yang biasa ditawarkan untuk menangani polip endometrium.
Katakanlah Anda tidak menunjukkan gejala dan tergolong berisiko rendah. Pada kasus ini, pengobatan polip rahim tanpa operasi lebih cocok, di mana dokter akan memantau kondisi Anda secara berkala.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada polip yang kemudian hilang secara alami (regresi spontan). Sebuah studi menemukan bahwa 29% polip sembuh total dalam kurun waktu satu tahun untuk pasien yang belum mengalami menopause.
Selama observasi, dokter akan menjalankan scan USG untuk mengawasi pertumbuhan atau perubahan bentuk polip.
Sementara itu, tak jarang pasien polip endometrium mengalami perdarahan dari rahim di luar siklus menstruasi normal. Hal ini kemudian dapat menyebabkan anemia yang berujung pada tubuh terasa lemas dan letih. Dalam kondisi ini, dokter akan meresepkan suplemen zat besi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
Di samping itu, konsumsi suplemen zat besi harian juga dapat menambah energi serta mengatasi kekurangan darah dalam tubuh. Dengan cara ini, pasien akan merasa baikan selagi dokter mencari solusi alternatif.
Namun, dalam sebagian besar kasus, dokter akan merekomendasikan polipektomi sebagai metode penanganan polip endometrium terbaik. Operasi polip rahim ini menggunakan tabung tipis dengan kamera (histeroskopi) yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mengangkat polip.
Target tindakan ini khususnya adalah pasien yang bergejala (seperti perdarahan dan nyeri hebat) atau jika ukuran polipnya lebih besar dari 1,5 cm. Pasalnya, polip besar cenderung sulit menyusut sendiri tanpa bantuan medis.
Salah satu kelebihan polipektomi adalah memungkinkannya pemeriksaan jaringan polip di bawah mikroskop. Dengan demikian, dokter dapat menyimpulkan ada tidaknya sel kanker.
Mayoritas pasien bergejala akan kembali pulih setelah pengangkatan polip. Namun, polip bisa saja kambuh lagi. Statistik menyebutkan kemungkinan kambuh pasca operasi berkisar antara 2,5% sampai 43,6%. Hal ini lebih mungkin terjadi bila terdapat lebih dari satu polip.
Selain mengurangi faktor risiko seperti kegemukan, progestin oral atau alat kontrasepsi yang melepaskan progestin pun bisa digunakan untuk mencegah polip muncul kembali.
Dalam beberapa kasus, dokter boleh jadi merekomendasikan histerektomi (operasi pengangkatan rahim) untuk menangani polip secara permanen. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah polip tumbuh kembali sekaligus mengeliminasi risiko kanker.
Akan tetapi, karena histerektomi termasuk tindakan berisiko dan lama masa pulihnya, maka dokter mempertimbangkan operasi ini sebagai upaya terakhir. Komplikasi selama pembedahan menjadi risiko terbesar histerektomi. Selain itu, biayanya pun lebih mahal daripada opsi penanganan lainnya.
Karena alasan-alasan itulah, dokter umumnya menawarkan histerektomi untuk wanita yang sudah tidak berencana hamil lagi.
Baca Juga:
Kesimpulannya, polip endometrium umumnya tidak berbahaya. Walau begitu, ada baiknya Anda menjadwalkan pemeriksaan rutin untuk memastikan ada tidaknya komplikasi atau kelainan lainnya. Bagaimanapun, menjaga kesehatan organ reproduksi secara menyeluruh hendaknya menjadi prioritas bagi setiap wanita.
Rumah Sakit Royal Progress menawarkan layanan medical check up khusus untuk Wanita sebagai pemeriksaan rutin dan juga deteksi dini berbagai penyakit. Selain itu, Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan yang berpengalaman di RS Royal Progress. Dengan rutin merencanakan pemeriksaan dan konsultasi, Anda dapat mencegah terjadinya komplikasi serius di masa depan.