Logo RS Royal Progress
Menu
Buat Janji Temu
Home Blog Radang Usus: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatannya

Radang Usus: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatannya

19/09/2025

Tidak jarang nyeri perut tajam akibat radang usus kerap disalahartikan sebagai gejala usus buntu. Namun sebenarnya penyakit radang usus adalah peradangan kronis pada saluran pencernaan yang bisa berdampak besar pada kualitas hidup penderitanya.

Pengertian Radang Usus

Apa itu radang usus? Inflammatory bowel disease (IBD) atau istilah medis radang usus merupakan penyakit yang ditandai peradangan kronis serta munculnya luka (ulkus) di saluran pencernaan.

Jenis IBD yang paling banyak dijumpai adalah penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Penyakit ini bisa menyerang berbagai kelompok usia, tetapi paling sering terdiagnosis pada rentang usia 15-30 tahun.

Tugas utama saluran cerna adalah mencerna makanan, menyerap nutrisi, dan membuang sisa metabolisme. Bila bagian ini meradang, fungsi normalnya terganggu. Akibatnya timbul keluhan-keluhan yang mengganggu kenyamanan dalam beraktivitas.

Baik penyakit Crohn maupun kolitis ulseratif sama-sama ditandai dengan peradangan kronis pada saluran cerna. Namun, ada beberapa perbedaan yang cukup mendasar di antara keduanya, yaitu:

  • Penyakit Crohn: Menyerang bagian manapun dari saluran cerna, dari mulut sampai anus. Area yang paling sering terdampak adalah ujung usus halus (ileum) yang menyambung ke pangkal usus besar. Radang yang timbul bisa menjalar hingga ke seluruh lapisan dinding usus.
  • Kolitis Ulseratif: Hanya menyerang usus besar dan anus. Peradangan terjadi di lapisan terdalam dinding usus, umumnya bermula dari anus dan usus besar bagian bawah, lalu dapat menyebar secara berurutan hingga ke seluruh usus besar.

Sering muncul pertanyaan radang usus apakah sama dengan usus buntu sebab gejala awalnya serupa. Nyatanya, kedua penyakit ini tak sama. Usus buntu merupakan keadaan gawat darurat, sedangkan IBD adalah peradangan jangka panjang yang kambuh secara periodik.

Gejala Radang Usus

Banyak penderita IBD sering kali mengeluhkan perut kram dan rasa ingin buang air besar (BAB) yang mendesak. Peradangan di usus besar dan anus dapat memunculkan luka kecil yang lama-kelamaan bergabung menjadi luka lebih besar dan mengeluarkan darah.

Kondisi ini nantinya akan menyebabkan tinja bercampur darah. Jika dibiarkan dapat berlanjut menjadi anemia.

Sementara itu, gejala penyakit radang usus tidak sama pada setiap orang, dengan tingkat keparahan yang bervariasi pula. Penderitanya sering mengalami yang namanya fase remisi, yaitu ketika gejala mereda atau tidak ada sama sekali, lalu kambuh lagi.

Gejala Peradangan di Saluran Pencernaan

Adapun peradangan di saluran pencernaan dapat menimbulkan gejala seperti:

  • Diare
  • Kram atau nyeri perut
  • Perdarahan melalui anus
  • Rasa ingin segera buang air besar
  • Rasa tidak tuntas setelah buang air besar

Gejala Umum IBD

Sementara itu, IBD dapat menimbulkan keluhan umum berikut:

  • Demam
  • Nafsu makan menurun
  • Mudah lelah
  • Berat badan menyusut
  • Berkeringat di malam hari
  • Siklus menstruasi tidak teratur

Gejala Komplikasi Serius

Di samping gejala-gejala tersebut, ada pula komplikasi serius yang bisa muncul dan memerlukan penanganan darurat.

Komplikasi kolitis ulseratif meliputi:

  • Diare berat dan berkepanjangan, disertai perdarahan dari anus dan nyeri
  • Usus berlubang
  • Pembengkakan usus besar

Di sisi lain, komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit Crohn antara lain:

  • Luka di dinding usus yang meluas dan membentuk saluran abnormal (fistula) ke usus lain, kulit, atau organ lain
  • Penyempitan saluran usus
  • Abses
  • Usus berlubang
  • Gangguan penyerapan gizi sehingga menyebabkan malnutrisi

Penyebab Radang Usus

Walaupun penyebab radang usus belum sepenuhnya jelas, diyakini radang usus terjadi karena kombinasi antara genetik, sistem kekebalan tubuh, dan faktor lingkungan.

Dalam keadaan normal sistem imun melindungi tubuh dengan menyerang kuman atau mikroorganisme asing, seperti bakteri dan virus. Namun pada penderita IBD, sistem imun justru menyerang saluran pencernaan sendiri sehingga memicu peradangan.

Reaksi abnormal ini muncul pada individu yang mewarisi gen tertentu yang meningkatkan risiko IBD, sementara faktor lingkungan yang belum teridentifikasi menjadi pemicu awal terjadinya respons tersebut.

Diagnosis Radang Usus

Penegakan diagnosis radang usus dilakukan dengan berbagai jenis tes. Tujuannya adalah mengidentifikasi lokasi peradangan pada usus serta tingkat keparahan luka yang muncul.

1. Tes Darah

Dengan tes darah, dokter dapat menilai parameter yang menunjukkan peradangan, anemia, malnutrisi, kekurangan vitamin, maupun infeksi.

2. Analisis Tinja

Sementara itu, analisis tinja berfungsi untuk mendiagnosis infeksi lain, misalnya infeksi akibat bakteri atau parasit. Terdapat pula indikator spesifik seperti fecal calprotectin yang dapat mengonfirmasi adanya peradangan usus.

3. Tes Tambahan

Dokter juga akan membutuhkan tes tambahan seperti endoskopi radang usus (gastroskopi dan kolonoskopi). Pemeriksaan ini memberi gambaran langsung pada mukosa usus, sekaligus memungkinkan pengambilan sampel jaringan.

Selain berperan dalam mendiagnosis IBD, endoskopi juga penting dalam memantau efektivitas pengobatan. Gastroskopi berguna untuk menilai kondisi kerongkongan, lambung, dan bagian awal usus halus (duodenum).

Sedangkan kolonoskopi memungkinkan pengamatan pada usus besar hingga ujung usus halus (ileum terminal). Mengingat kolonoskopi sering menimbulkan rasa kurang nyaman, alternatif berupa virtual kolonoskopi kini semakin banyak dipilih.

4. Rontgen Perut

Untuk mendeteksi komplikasi serta bagian usus yang terpengaruh, dokter biasanya menggunakan rontgen perut, CT scan, atau MRI. Di antara ketiganya, MRI menjadi yang paling banyak dipakai berkat keunggulannya di mana MRI aman tanpa radiasi dan tingkat presisinya tinggi.

Tatalaksana Radang Usus

Apakah radang usus bisa sembuh tanpa operasi? Ya, sebab pengobatan IBD tidak hanya terbatas pada operasi tetapi juga melalui pemberian obat radang usus.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan terapi meliputi:

  • Seberapa parah penyakitnya
  • Bagian saluran pencernaan yang terdampak
  • Respons pasien terhadap pengobatan sebelumnya
  • Risiko atau efek samping obat
  • Adanya penyakit atau kondisi medis lain yang menyertai

Pilihan pengobatan atau operasi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tiap individu.

1. Obat-obatan

Pertama-tama, ada empat kategori utama obat yang digunakan dalam pengobatan IBD:

  • Aminosalisilat (5-ASA): menurunkan peradangan, terutama pada kolitis ulseratif.
  • Kortikosteroid: menekan sistem imun dan efektif jangka pendek.
  • Imunomodulator: mengatur respon imun agar tidak berlebihan.
  • Antibiotik: seperti ciprofloxacin dan metronidazole, bermanfaat pada kasus Crohn tertentu.

2. Operasi

Apabila obat-obatan tidak cukup efektif dalam mengatasi gejala IBD, operasi perlu dilakukan khususnya pada pasien dengan komplikasi.

Studi menunjukkan bahwa 50-70% pasien penyakit Crohn dengan penyempitan usus dan/atau fistula pada akhirnya membutuhkan operasi dalam kurun 20 tahun. Di sisi lain, 10-15% pasien kolitis ulseratif memerlukan operasi dalam 5-10 tahun.

Bila IBD dibiarkan tanpa tindakan operasi selama 30 tahun risikonya memicu kanker usus besar hingga 18%. Itulah mengapa penanganannya tidak bisa secara sembarangan. Perlu adanya diagnosis akurat dan pendampingan jangka panjang sesuai kondisi masing-masing pasien.

Oleh karena itu, Rumah Sakit Royal Progress menghadirkan alat diagnostik modern dan terapi khusus demi membantu pasien mengatasi kekambuhan gejala sampai ke akar. Segera konsultasikan keluhan radang usus Anda dengan dokter spesialis penyakit dalam kami untuk mendapatkan perawatan terbaik. Manfaatkan juga layanan Virtual Kolonoskopi dengan CT Scan 128 Slice di RS Royal Progress sebagai metode pemeriksaan usus yang lebih nyaman, cepat, dan minim invasif dibandingkan kolonoskopi konvensional.

  • Hubungan Inflammatory Bowel Disease (IBD) dan Gut Microbiota – cfns.ugm.ac.id
  • Inflammatory Bowel Disease - StatPearls - NCBI Bookshelf
  • Inflammatory Bowel Disease (IBD) - Johns Hopkins Medicine
  • Risk Factors for the Development of Fistulae and Stenoses in Crohn Disease Patients in the Swiss Inflammatory Bowel Disease Cohort - PMC
  • Ulcerative Colitis: Epidemiology, Diagnosis, and Management - ScienceDirect
  • Risk for colorectal cancer in ulcerative colitis: Changes, causes and management strategies - PMC
Artikel Lainnya

Mengenal Artritis Gout: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Bangun tidur, jempol kaki terasa nyeri luar biasa; merah, bengkak, dan panas hingga berjalan pun terasa mustahil. Banyak orang mengira itu hanya keseleo biasa, padahal bisa jadi tanda artritis gout. Kondisi ini bukan sekadar "nyeri sendi biasa", melainkan penyakit yang dapat merusak sendi. Akhirnya, pergerakan menjadi terbatas, aktivitas harian terganggu, bahkan kualitas hidup menurun karena rasa […]
07/10/2025

11 Tanda-Tanda DBD yang Harus Diwaspadai

Panas tinggi, tubuh lemas, muncul bintik merah; banyak yang mengira itu hanya flu biasa. Padahal, gejala seperti ini bisa jadi tanda-tanda DBD atau demam berdarah dengue. Penyakit ini tidak hanya umum di Indonesia, tetapi juga menjadi masalah kesehatan global yang dapat berakibat fatal bila tidak mendapat penanganan cepat. Setiap tahun, ribuan kasus DBD tercatat di […]
02/10/2025

Penyebab dan Gejala Autoimun pada Anak dan Dewasa

Gejala autoimun adalah serangan sel imun terhadap jaringan tubuh sendiri. Karena sering berkembang menjadi penyakit kronis, autoimun dianggap sebagai salah satu penyakit yang wajib diwaspadai. Gejala autoimun bisa menimpa semua kelompok usia, dengan tanda dan penanganan yang bervariasi. Apa penyebab gejala autoimun? Dan apakah gejala autoimun bisa sembuh? Berikut penjelasannya. Penyebab Autoimun Sampai sekarang penyebab […]
29/09/2025

Ingin berkonsultasi dengan dokter spesialis yang tepat?

Dengan lebih dari 90 dokter spesialis berpengalaman, kami siap memberikan penanganan terbaik untuk setiap keluhan dan penyakit yang Anda alami. Jelajahi dokter di rumah sakit kami dan temukan dokter yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Cari Dokter

Halo,
Ada yang bisa
Kami bantu?

Customer Care
crossmenuchevron-down