Bagi sebagian orang, udara dingin adalah momen menyegarkan karena membawa semangat baru dan kenyamanan. Namun, bagi sebagian lainnya, suhu rendah justru memicu reaksi tubuh yang tak biasa. Kulit tiba-tiba memerah, muncul bentol, hingga rasa gatal yang mengganggu. Kondisi ini dikenal sebagai alergi dingin atau cold urticaria.
Tidak sedikit orang yang menyebutnya sebagai alergi udara dingin karena gejalanya muncul saat tubuh terpapar suhu rendah. Lalu, sebenarnya kenapa alergi dingin terjadi? Apa yang menjadi penyebabnya, seperti apa gejalanya, dan bagaimana cara mengobatinya?
Mari kita bahas satu per satu.
Penyebab alergi dingin adalah pelepasan zat kimia bernama histamin oleh tubuh sebagai respons terhadap penurunan suhu pada kulit. Pelepasan histamin inilah yang bertanggung jawab atas munculnya reaksi alergi.
Mekanismenya belum sepenuhnya jelas, tetapi beberapa pemicu respons alergi, yaitu:
Ada juga dugaan bahwa faktor genetik, penyakit autoimun, atau infeksi virus tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami alergi dingin.
Selain dari penyebabnya, alergi dingin juga dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu:
Atau essential cold urticaria. Umumnya menyerang seseorang yang tidak memiliki histori keluarga dengan kondisi medis sejenis. Ciri-ciri alergi dingin ini adalah gejalanya muncul cukup cepat; tak lama setelah kontak dengan pemicu.
Untungnya, reaksi alergi ini bersifat sementara dan akan mereda dalam satu atau dua jam setelah tubuh menghangat.
Dikenal juga dengan sebutan hereditary cold urticaria. Berbeda dengan tipe sebelumnya, jenis ini diturunkan secara genetik dari keluarga.
Gejala pada penderita tidak langsung muncul, melainkan bisa timbul lebih lambat, yaitu sekitar 30 menit hingga 48 jam setelah paparan dingin. Tidak hanya itu, reaksi yang terjadi juga cenderung bertahan lebih lama, bahkan bisa berlangsung selama satu hingga dua hari.
Dengan kata lain, perbedaan utama antara kedua jenis ini terletak pada ada tidaknya riwayat keluarga, kecepatan munculnya gejala, serta lamanya reaksi bertahan. Memahami perbedaan ini penting agar dokter dapat menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk tiap penderita.
Respons tubuh terhadap paparan alergi tidak selalu sama pada tiap penderita.
Beberapa keluhan khas yang sering muncul, yaitu:
Gejala biasanya mereda setelah tubuh kembali hangat. Namun, bila reaksi muncul berulang atau semakin berat, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Hingga kini belum ada terapi yang bisa benar-benar menyembuhkan alergi dingin, tetapi gejalanya bisa dikendalikan.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan, yaitu.
Anda bisa menghindari pemicu dengan melakukan hal berikut:
Selain itu, Anda juga bisa melakukan perawatan sederhana di rumah untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Salah satunya adalah kompres hangat pada area kulit yang terkena biduran atau bentol. Rasa hangatnya dapat membantu meredakan gatal sekaligus memberikan relaksasi yang menenangkan.
Metode ini memang tidak menggantikan obat, tetapi bisa menjadi pertolongan awal saat gejala muncul dalam bentuk ringan.
Beberapa jenis obat untuk mengatasi alergi dingin misalnya:
Untuk kamu yang sering muncul bentol atau gatal setiap kali terkena udara dingin, ada beberapa cara sederhana agar reaksinya tidak kambuh:
Alergi dingin bukan halangan untuk beraktivitas, asalkan ditangani dan dikelola dengan benar. Mengenali gejala sejak dini dan berkonsultasi dengan tenaga medis adalah langkah bijak untuk menjaga kesehatan Anda.
Baca Juga
Jika Anda sering mengalami keluhan setelah terpapar udara atau air dingin, jangan ragu untuk berkonsultasi. Tim Dokter Spesialis di RS Royal Progress siap membantu Anda menemukan penyebab dan memberikan penanganan yang tepat.
Belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan alergi dingin. Namun, gejalanya bisa dikendalikan dengan obat antihistamin dan menghindari pemicunya.
Siapa pun bisa mengalaminya, tetapi risikonya lebih tinggi pada orang dengan riwayat keluarga alergi atau kondisi kesehatan tertentu seperti autoimun.
Jika gejalanya hanya bentol atau gatal, biasanya tidak berbahaya. Namun, pada kasus berat bisa muncul pembengkakan dan sesak napas (reaksi anafilaksis) yang perlu penanganan darurat.