Kolonoskopi virtual adalah salah satu tes yang dipakai untuk skrining kanker usus besar dan kelainan lain pada organ di sekitarnya. Alih-alih memakai kolonoskop, virtual kolonoskopi memanfaatkan CT scan dan teknologi komputer untuk menampilkan gambaran interior usus besar dalam bentuk dua dan tiga dimensi.
Salah satu keunggulan utamanya adalah risiko komplikasinya yang relatif minim.
Virtual Kolonoskopi atau CT colonography (CTC) adalah pemeriksaan pencitraan medis yang memanfaatkan CT scan dan software komputer canggih untuk menampilkan gambar dua dan tiga dimensi dari usus besar serta organ di sekitarnya pada layar komputer.
Tujuan utama pemeriksaan menggunakan CTC adalah untuk skrining polip dan kanker pada usus besar. Polip adalah pertumbuhan yang berasal dari lapisan dalam usus. Beberapa di antaranya berpotensi menjadi kanker. Dengan skrining ini, polip dapat ditemukan sedini mungkin agar bisa diangkat sebelum sempat menjadi kanker.
Dalam prosedur CTC, sebuah tabung kecil digunakan untuk memasukkan udara atau karbon dioksida ke dalam usus besar agar hasil gambar lebih jelas. Proses ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan di area perut, namun sifatnya hanya sementara.
Keunggulan CTC meliputi:
CTC berperan sebagai alternatif serbaguna dari kolonoskopi optik dalam beberapa situasi klinis tertentu. Penggunaan CTC kini semakin meningkat pada kondisi-kondisi berikut:
CTC menawarkan pendekatan baru untuk skrining kanker usus besar, khususnya yang berawal dari keluhan BAB berdarah. Karena itu, ia hadir sebagai pilihan alternatif dari kolonoskopi konvensional.
Walaupun kolonoskopi endoskopi masih menjadi standar utama, penelitian membuktikan bahwa CTC mampu mendeteksi lesi lanjut serta polip besar (≥10 mm) dengan tingkat keberhasilan yang sama dengan kolonoskopi endoskopi, terutama yang berisiko tinggi berubah menjadi kanker.
CTC tercatat lebih nyaman karena tidak se-invasif kolonoskopi biasa, sehingga menjadi alternatif yang berharga bagi pasien yang kurang bersedia menjalani endoskopi.
Nilai penting metode ini pun telah mendapat pengakuan resmi. Sejak 2004, American Cancer Society menetapkan CTC sebagai salah satu metode skrining kanker kolorektal yang sah.
Di samping untuk skrining kanker, CTC juga berguna dalam pemantauan pasien pasca divertikulitis akut. Dalam sebuah studi, CTC dilakukan sekitar dua bulan setelah episode akut untuk memberikan gambaran lengkap mengenai penyakit divertikular.
Pemeriksaan ini memetakan penyebaran divertikula, menilai bagian usus besar yang masih terpengaruh, serta mendeteksi komplikasi seperti striktur atau fistula yang mungkin memerlukan tindakan operasi.
Hasilnya, peradangan yang sedang aktif pada divertikulitis akut dapat menyamarkan kondisi lain, termasuk kanker kolorektal. Oleh karena itu, tindak lanjut menggunakan CTC pun penting guna memastikan tidak ada penyakit yang terlewat.
Faktanya, CTC berhasil mendeteksi dua kasus kanker usus yang tidak terlihat pada CT perut biasa.
Sebagai metode non-invasif, CTC juga dapat membantu mendiagnosis pada kolon sigmoid.
Sebuah studi merincikan di mana pasien wanita berusia 29 tahun mengeluhkan nyeri perut, sembelit, dan perdarahan rektal selama menstruasi. Hasil CTC menunjukkan stenosis (penyempitan) parah di kolon ortosigmoid akibat adanya massa submukosa, yang kemudian terbukti sebagai endometriosis melalui biopsi.
CTC dan metode non-invasif lain, seperti ultrasonografi endoskopik, memungkinkan pemeriksaan lesi dan perubahan struktural pada kolon tanpa kolonoskopi tradisional yang lebih invasif. Studi mencatat bahwa CTC aman, dapat dilakukan dengan nyaman, dan menjadi alternatif praktis untuk mendeteksi kasus-kasus langka.
Meskipun tujuan utama CTC adalah memvisualisasikan usus besar, metode ini secara sengaja bisa mendeteksi batu ginjal. Hal ini karena CTC memanfaatkan CT scan pada perut dan panggul, sehingga organ di sekitarnya (ginjal, ureter, kandung kemih) juga terlihat.
Radiolog sering kali menemukan adanya kalsifikasi (penumpukan garam kalsium yang tidak normal) atau batu di saluran kemih. Dengan demikian kondisi ini dapat terdiagnosis lebih cepat dan memperoleh penanganan segera, meski pasien sendiri sebelumnya tidak menyadari adanya gejala batu ginjal.
Tak hanya itu, CTC juga bisa secara tidak sengaja menyingkap pankreas meskipun bukan alat khusus untuk evaluasi organ ini. CT scan pada area perut dan panggul membuat organ di sekitarnya (tidak terkecuali pankreas) ikut terekam.
Beberapa kelainan pada pankreas yang biasanya terlihat antara lain:
Jika Anda memerlukan pemeriksaan imaging, Rumah Sakit Royal Progress menawarkan layanan pencitraan kesehatan dengan berbagai kelebihan, seperti:
Baca Juga:
Dari virtual kolonoskopi sampai CT scan seluruh tubuh, kami menyediakan layanan diagnostik non-invasif yang akurat untuk deteksi dini serta pemantauan berbagai penyakit. Percayakan pada tim radiologi berpengalaman kami untuk hasil terbaik. Segera jadwalkan pemeriksaan Anda sekarang!