Kanker usus besar termasuk jenis kanker ganas yang paling umum. Kanker ini muncul dari mutasi sel-sel kelenjar yang terdapat pada lapisan dinding usus besar (kolon) maupun anus (rektum). Adapun istilah medis kanker usus besar sendiri adalah kanker kolorektal (colorectal cancer) atau disingkat CRC.
Penderita di stadium awal umumnya tidak menunjukkan tanda-tanda kanker usus yang jelas. Padahal pada tahap inilah peluang sembuh dari kanker sebenarnya paling besar. Oleh sebab itu, pemeriksaan rutin atau skrining kanker usus besar menjadi satu-satunya cara untuk menemukan kanker tersebut.
Letak tumor pada usus besar sangat menentukan seperti apa gejala CRC yang akan muncul.
Di bagian atas usus besar (usus proksimal), tekstur feses masih encer. Hal ini membuat feses tetap dapat melewati tumor (CA colon) sekalipun ukurannya cukup besar. Alhasil, tanda seperti sembelit tidak mudah dikenali. Akibatnya, kanker di lokasi ini sering luput terdeteksi.
Sebaliknya, jika tumor muncul di usus besar bagian bawah seperti di area sigmoid atau rektum, gejalanya cenderung lebih jelas. Gejala umum kanker usus besar di lokasi ini adalah adanya darah merah segar pada tinja, yang kadang disangka sebagai perdarahan akibat wasir.
Sulit BAB atau sembelit yang tidak kunjung reda juga menjadi gejala umum lainnya. Pasalnya, ketika mencapai usus besar bawah, feses sudah mengeras dan berukuran lebih besar. Jika ada tumor yang menghambat, feses pun semakin sulit untuk lewat.
Tidak ada satu penyebab kanker usus besar yang pasti, namun statistik menunjukkan bahwa 1 dari 24 orang akan terdiagnosis CRC sepanjang hidupnya. Ada sejumlah faktor yang dapat memperbesar risiko ini, dan dalam kasus tertentu bisa mencapai 100%.
Faktor risiko kanker usus besar dibagi menjadi tiga kategori:
Tidak ada riwayat kanker dalam keluarga maupun bawaan genetik khusus. Risiko terkena CRC pada kelompok ini berada di kisaran 3%-7%.
Bila satu anggota keluarga dekat (seperti orang tua atau saudara kandung) didiagnosis CRC sebelum usia 50 tahun, maka risiko terkena penyakit ini meningkat hingga 10-20%. Faktor keluarga ini berperan besar, tidak hanya karena gen yang sama tetapi juga karena kebiasaan hidup yang mirip.
Jika terdapat sindrom genetik bawaan khusus (misalnya Lynch, FAP, MAP, atau Peutz-Jegher’s), maka peluang untuk terkena kanker ini dapat meningkat drastis, dengan kisaran 30%-100%
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, CRC berawal dari mutasi sel. Dengan bertambahnya usia, mutasi semakin banyak terbentuk. Alhasil, risiko pun meningkat. Karena itu, mayoritas CRC muncul setelah usia 50 tahun.
Anda dapat mengurangi tingkat risikonya antara lain dengan:
Selain itu, risiko juga berkurang jika kondisi seperti radang usus dan diabetes tipe 2 dikontrol serta ditangani dengan baik.
Deteksi sejak dini amat penting bagi pasien dengan gejala akut (tiba-tiba) dan perkembangan penyakit yang buruk. Sebab, kanker dapat memicu robekan parah pada usus akibat sumbatan (ileus obstruktif). Dengan demikian, pemeriksaan skrining menjadi kunci utama dalam pencegahan kanker usus besar.
Selain melihat riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan per rektum termasuk salah satu cara deteksi kanker usus besar yang paling mudah. Pemeriksaan ini mampu menemukan hingga 30% kasus CRC.
Namun, metode yang kini paling banyak diterapkan adalah endoskopi, yang mencakup sigmoidoskopi dan kolonoskopi. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui lokasi tumor serta mengambil sampel usus besar untuk analisis lanjutan (histologi).
Dengan sigmoidoskopi, yang terlihat hanyalah usus besar bagian bawah serta rektum. Sedangkan kolonoskopi mampu menampilkan seluruh usus besar. Baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi memiliki akurasi dalam mengenali CRC masing-masing sebesar 92-97%.
Walaupun memiliki banyak kelebihan, endoskopi termasuk prosedur invasif dan sering menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Selain itu, kolonoskopi berpotensi menimbulkan perdarahan di usus besar.
Dewasa ini, virtual kolonoskopi yang bersifat non-invasif kian populer. Pemeriksaan ini menghasilkan citra tiga dimensi usus besar dengan bantuan CT scan. Keuntungannya, risiko komplikasi seperti perdarahan di usus besar dapat ditekan.
Usai diagnosis, dokter akan menentukan stadium penyakit. Terdapat 5 tingkatan stadium kanker usus besar, yaitu stadium 0, lalu stadium 1-4. Angka stadium yang lebih besar menandakan kanker sudah menyebar lebih jauh (metastasis).
Berbagai lapisan jaringan membentuk usus besar dan rektum. Penentuan stadium berdasarkan pada kedalaman tumor menembus lapisan-lapisan tersebut.
Kanker sudah berkembang ke lapisan submukosa, yaitu jaringan ikat di sekitar mukosa, atau ke lapisan otot tebal di dinding luar usus besar atau rektum (muscularis propria).
Stadium ini terbagi menjadi 2A, 2B, dan 2C. Stadium 2A terjadi ketika tumor menembus lapisan antara muscularis propria dan serosa, atau menembus jaringan di luar muscularis propria jika serosa tidak ada.
Pada stadium 2B, tumor menembus membran pelindung usus besar atau rektum (serosa atau peritoneum visceral). Sementara pada stadium 2C, tumor sudah menembus dinding usus dan masuk ke organ lain seperti kandung kemih, prostat, atau rahim.
Terdapat sel kanker di kelenjar getah bening dekat usus besar atau rektum. Stadium 3 sendiri terbagi menjadi 3A, 3B, dan 3C, menyesuaikan dengan tempat tumor tumbuh dan jumlah kelenjar getah bening yang terinfeksi kanker.
Kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain seperti hati atau paru-paru, sehingga disebut metastasis jauh. Jika hanya menyerang satu organ atau kelenjar getah bening jauh, itu stadium 4A. Jika lebih dari satu organ terinfeksi, itu stadium 4B. Sedangkan jika berada di peritoneum, disebut stadium 4C.
Pertumbuhan kanker jenis ini umumnya lambat. Dengan kata lain, tanda-tandanya bisa muncul secara bertahap. Sekitar 65 dari 100 pasien masih hidup satu tahun setelah diagnosis tanpa pengobatan khusus, namun jumlahnya menurun menjadi 25 dari 100 pasien setelah dua tahun.
Operasi merupakan metode pengobatan kanker usus besar yang paling sering digunakan apabila masih awal. Selain itu, ada juga pilihan terapi yang bisa jadi opsi pengobatan kanker usus.
Dokter akan menilai jenis operasi yang tepat untuk pasien, bergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Terdapat dua jenis operasi: terbuka dan laparoskopi.
Operasi terbuka masih menjadi metode tatalaksana CRC yang paling umum. Selama prosedur ini, dokter bedah akan membuat sayatan besar di perut untuk mengambil tumor serta sebagian jaringan usus besar atau rektum yang sehat. Dokter juga akan mengangkat beberapa kelenjar getah bening di sekitarnya.
Kemudian, dokter akan memeriksa seluruh bagian usus dan hati untuk melihat apakah kanker sudah menyebar. Sayatan besar pada operasi terbuka membuat proses pemulihan lebih lama. Namun, dokter masih sering memilih operasi ini karena berlangsung lebih cepat daripada operasi laparoskopi.
Operasi laparoskopi adalah prosedur bedah minimal invasif yang menggunakan beberapa sayatan kecil di perut (0,5-1 cm). Melalui sayatan tersebut, dokter memasukkan instrumen bedah dan sebuah tabung panjang tipis dengan lampu serta kamera di ujungnya (laparoskop).
Dalam prosedur laparoskopi, dokter melihat bagian dalam perut melalui monitor dan menggerakkan alat-alat bedah sesuai panduan di layar. Tumor yang sudah dipotong kemudian dikeluarkan lewat sayatan yang lebih besar. Kelebihan utama dari operasi ini adalah waktu pemilihan pasien yang cenderung lebih singkat.
Sedangkan untuk pilihan terapi, beberapa di antaranya adalah:
Baca Juga:
Kanker usus besar bisa dihadapi dengan lebih baik jika ditemukan sejak dini. Gejalanya sering tak terasa jelas di awal, itulah mengapa skrining rutin, terutama setelah usia 50 tahun atau bila ada riwayat keluarga, sangat penting.
Gaya hidup sehat dan pemeriksaan berkala adalah kunci utama pencegahan. Sementara itu, kemajuan medis dari deteksi hingga terapi, terus membuka jalan bagi pemulihan yang lebih optimal.
Jika Anda mengalami perubahan BAB, darah dalam tinja, atau keluhan pencernaan yang berkepanjangan, segera konsultasikan dengan dokter spesialis. Di Rumah Sakit Royal Progress, tim ahli siap membantu Anda dengan pendekatan tepat, teknologi terkini, dan perawatan yang penuh perhatian. Jangan tunggu. Langkah kecil hari ini bisa jadi awal dari perjalanan panjang yang lebih sehat.