Logo RS Royal Progress
Menu
Buat Janji Temu
Home Blog Kenali Hipokalemia, dari Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Kenali Hipokalemia, dari Penyebab hingga Cara Mengatasinya

17/11/2025

Bukan hanya hiperkalemia, hipokalemia juga termasuk gangguan elektrolit yang kerap terjadi karena perubahan jumlah kalium yang masuk ke tubuh. Bila sudah parah, kondisi ini bisa memicu komplikasi serius hingga mengancam nyawa, misalnya aritmia maupun kegagalan pernapasan.

Penyebab Hipokalemia

Hipokalemia adalah kondisi ketika kadar kalium atau potassium dalam darah lebih rendah dari batas normal. Faktanya kekurangan kalium jauh lebih umum daripada hiperkalemia (kadar kalium tinggi) walaupun umumnya hanya terjadi dalam tingkat ringan.

Normalnya, kadar kalium dalam darah harus berada di atas 3,5 mmol/L. Jika kurang dari itu, dokter mengelompokkan tingkat keparahan menjadi ringan (3-3,4 mmol/L), sedang (2,5-3 mmol/L), atau berat (di bawah 2,5 mmol/L).

Adapun penyebab umum hipokalemia secara garis besar dapat dibagi ke dalam kategori berikut:

1. Kurangnya Asupan Kalium

Penyebab paling umum kurangnya asupan kalium adalah karena tubuh tidak mendapat cukup kalium dari makanan. Padahal, banyak bahan makanan sehari-hari yang mengandung kalium, antara lain pisang, jeruk, kentang, kacang, bayam, dan yogurt.

Umumnya, pola makan yang baik sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ini. Tetapi ketika nutrisi tidak tercukupi, risiko kekurangan bisa timbul. Selain itu, gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia pun dapat mengurangi asupan kalium secara tajam.

2. Meningkatnya Penyerapan Kalium oleh Sel

Tidak selalu rendahnya kalium darah disebabkan oleh hilangnya kalium dari tubuh. Ada kalanya kalium justru berpindah dari darah menuju sel-sel tubuh. Perpindahan ini bisa timbul setelah pengobatan tertentu.

Contohnya, pemberian suntikan insulin dapat menyebabkan kalium ikut masuk ke sel bersama glukosa, yang membuat kadar kalium dalam darah turun sementara. Begitu pula dengan obat inhalasi β-adrenergik untuk asma atau masalah pernapasan lain yang dapat menimbulkan efek serupa.

3. Bertambahnya Kalium yang Terbuang

Kadar kalium yang rendah juga bisa terjadi karena tubuh mengeluarkan kalium dalam jumlah berlebihan. Misalnya, banyak berkeringat atau berkeringat dalam waktu lama bisa menguras cadangan kalium bersama elektrolit lainnya.

Selain itu, obat-obatan tertentu seperti loop diuretic yang diberikan pada penderita hipertensi atau penyakit jantung juga mendorong ginjal membuang lebih banyak kalium lewat urin.

Di sisi lain, sejumlah penyakit ginjal mampu mengganggu keseimbangan kalium, sehingga terjadi kehilangan kalium yang berkelanjutan. Faktor lain yang tak kalah penting adalah masalah pencernaan. Diare atau muntah berulang segera menguras cadangan kalium sebab banyak yang terbuang lewat saluran cerna.

Gejala Hipokalemia

Berikut adalah gejala-gejala hipokalemia berdasarkan tingkat keparahannya:

Ringan

  • Lemah otot
  • Mudah lelah
  • Sembelit (karena gerakan usus melambat)

Sedang

  • Kram otot
  • Gangguan hubungan kerja saraf dan otot, sehingga sinyal tidak tersampaikan dengan benar

Berat

  • Kelumpuhan (termasuk otot pernapasan yang dapat menyebabkan sesak hingga gagal napas)
  • Rhabdomyolysis (pecahnya jaringan otot)
  • Mioglobinuria (pelepasan protein otot ke dalam urin yang berisiko merusak ginjal)
  • Komplikasi serius hingga mengancam nyawa akibat gagal ginjal atau gagal napas

Faktor Risiko Hipokalemia

Supaya lebih waspada, penting untuk mengetahui siapa saja yang lebih berisiko mengalami hipokalemia. Beberapa kondisi dan kebiasaan tertentu bisa membuat kadar kalium dalam darah lebih mudah turun.

Beberapa faktor risiko hipokalemia antara lain:

  • Mengonsumsi obat diuretik (terutama loop diuretic) untuk darah tinggi atau gagal jantung.
  • Diare atau muntah berulang, keringat berlebihan, atau dehidrasi berkepanjangan.
  • Asupan kalium kurang, pola makan sangat rendah kalium, atau gangguan makan.
  • Terapi insulin dosis besar/cepat, obat beta-agonis inhalasi (untuk asma), atau penggunaan obat tertentu seperti digoksin dan obat antiaritmia.
  • Penyakit ginjal yang membuat kalium banyak terbuang lewat urin.
  • Gangguan hormon (misalnya hiperaldosteronisme, Cushing) yang mendorong ginjal membuang kalium.
  • Alkohol berlebihan, malnutrisi, atau rendahnya magnesium.
  • Usia lanjut, penyakit jantung, atau kondisi kritis yang meningkatkan sensitivitas terhadap kalium rendah.

Komplikasi Hipokalemia

Hipokalemia yang dibiarkan tanpa pengobatan bukan hanya membuat tubuh terasa lemah, tetapi juga dapat mengganggu fungsi organ penting. Beberapa komplikasi hipokalemia yang perlu diwaspadai yaitu:

  • Gangguan irama jantung (aritmia), dari jantung berdebar tidak teratur hingga henti jantung.
  • Kelemahan hingga kelumpuhan otot, termasuk otot pernapasan yang dapat menyebabkan gagal napas.
  • Rhabdomyolysis (kerusakan jaringan otot) dan mioglobinuria yang bisa merusak ginjal.
  • Sembelit berat hingga ileus (saluran cerna "terhenti").
  • Perburukan kontrol gula darah pada penderita diabetes.
  • Tekanan darah sulit terkontrol dan kelelahan kronis yang mengganggu aktivitas harian.

Diagnosis Hipokalemia

Riwayat medis pasien utamanya menjadi kunci bagi dokter dalam menegakkan diagnosis hipokalemia. Walau demikian, pemeriksaan tetap dibutuhkan guna memastikan tingkat keparahan dan menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain.

Tes-tes yang kerap dijalankan meliputi tes darah, tes urin, rekaman elektrokardiogram (EKG) untuk mengecek irama jantung, dan pencitraan.

1. Tes Laboratorium

Melalui tes darah yang mengukur elektrolit, dokter dapat mengetahui tingkat keparahan penyakit sekaligus melihat apakah ada gangguan keseimbangan lain. Sebagai contoh, pada pasien dengan alkalosis, kadar kalsium dan magnesium juga bisa ikut rendah bersama rendahnya kalium.

Mengecek kadar klorida juga bermanfaat. Pasalnya, kadar tinggi bisa menunjukkan ginjal sedang membuang kalium, sementara kadar rendah sering terkait dengan muntah. Untuk memastikan peran ginjal, dokter kerap melakukan tes urin 24 jam guna mengukur jumlah kalium yang hilang.

Sebagai tambahan, tes gas darah juga bisa digunakan untuk mengevaluasi keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.

2. Rekaman EKG

Rendahnya kadar kalium dalam darah bisa memengaruhi kestabilan irama jantung dan menyebabkan aritmia. Gangguan ini dapat berupa denyut tambahan dari ruang atas maupun bawah jantung, denyut lambat, atau serangan detak cepat.

Adapun risiko komplikasi semakin tinggi pada pasien lanjut usia, penderita penyakit jantung, serta yang sedang mengonsumsi obat-obatan seperti digoksin atau antiaritmia.

Pasien dengan kadar kalium rendah yang menjalani anestesi berisiko mengalami aritmia serta penurunan fungsi pompa jantung, terlebih bila kadar kalium turun secara tiba-tiba.

Kelainan pada rekaman EKG biasanya muncul pada tingkat keparahan sedang sampai berat, namun kondisi ringan pun terkadang dapat bermasalah, terutama jika ada faktor lain yang menyertai seperti magnesium rendah atau penggunaan obat digitalis.

3. Pencitraan

Sekalipun tidak selalu menjadi pilihan awal dalam mendiagnosis penyebab kalium rendah, tes pencitraan masih diperlukan untuk melengkapi informasi.

USG ginjal, misalnya, dapat mendeteksi adanya kista, tumor, atau penyumbatan yang berhubungan dengan hilangnya kalium. CT scan atau MRI berguna untuk memeriksa kelainan pada kelenjar adrenal maupun otak yang berhubungan dengan keseimbangan hormon dan memengaruhi kadar kalium.

Sementara itu, rontgen dada dapat memperlihatkan penyakit paru seperti PPOK yang dapat mengubah keseimbangan kalium. Sedangkan pada pasien dengan kerapuhan tulang atau batu ginjal, pemindaian densitas tulang dapat membantu mengidentifikasi osteoporosis atau osteomalasia.

Tatalaksana atau Pengobatan Hipokalemia

Seperti yang telah kita ketahui dari penjelasan sebelumnya, kalium rendah pada dasarnya mampu memicu berbagai komplikasi, mulai dari aritmia sampai gangguan fungsi pernapasan.

Oleh karena itu, prioritas utama dalam tatalaksana hipokalemia adalah segera mengembalikan kadar kalium ke rentang aman supaya tidak terjadi komplikasi-komplikasi tersebut.

Bila risiko awal sudah terkontrol, penggantian kalium dapat dilanjutkan secara perlahan, sambil dilakukan evaluasi dan terapi untuk hipokalemia terhadap penyebab utamanya.

Pada tingkat ringan maupun sedang, penderita sering kali tidak merasakan gejala berarti. Oleh sebab itu, penanganannya tidak dianggap gawat darurat.

Dalam situasi seperti ini, dokter menyarankan obat untuk mengatasi hipokalemia berupa suplemen kalium dalam bentuk oral. Asupan sekitar 60-80 mmol per hari selama beberapa hari hingga minggu sudah cukup untuk menormalkan kembali kadar kalium.

Jika tergolong berat atau sudah menimbulkan keluhan tak tertahankan, penggantian kalium mesti dilakukan segera. Dokter menggunakan kalium klorida dalam dosis tinggi melalui pemberian dalam rentang waktu beberapa jam.

Cara pemberiannya bisa lewat mulut, infus, atau keduanya sekaligus, sesuai kebutuhan. Infus menjadi prioritas apabila pasien mengalami aritmia, keracunan digoksin, atau serangan jantung.

Pencegahan Hipokalemia

Kabar baiknya, hipokalemia sering kali bisa dicegah dengan kebiasaan sehat sehari-hari. Dengan pengaturan pola makan, konsumsi cairan yang cukup, serta pemantauan medis bila diperlukan, kadar kalium dapat tetap stabil.

Beberapa langkah pencegahan hipokalemia yang dapat dilakukan:

  • Konsumsi makanan yang kaya kalium setiap hari. Pilih pisang, jeruk, alpukat, tomat, bayam, kentang, ubi, kacang-kacangan, yogurt, dan air kelapa sesuai kebutuhan gizi dan kondisi kesehatan.
  • Mengonsumsi suplemen kalium hanya atas anjuran dokter. Dosis berlebih berbahaya, apalagi bila memiliki penyakit ginjal atau sedang minum obat tertentu.
  • Cukupi cairan dan elektrolit saat diare, muntah, atau berkeringat banyak. Segera tangani penyebabnya agar tidak terjadi kehilangan kalium berkepanjangan.
  • Review obat rutin. Bila menggunakan diuretik atau obat yang memengaruhi kalium, diskusikan opsi pemantauan dan penyesuaian dosis dengan dokter.
  • Lakukan pemantauan laboratorium bila berisiko. Tes darah elektrolit dan tes urine 24 jam dapat membantu menilai kehilangan kalium lewat ginjal dan menyesuaikan terapi.
  • Penuhi kebutuhan magnesium. Kekurangan magnesium sering membuat hipokalemia sulit membaik; sumbernya antara lain sayuran hijau, kacang, dan biji-bijian.
  • Batasi alkohol dan terapkan pola makan seimbang agar status gizi terjaga.

Mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga yang berat dan berisiko fatal, hipokalemia memerlukan perhatian serius dan penanganan tepat waktu. Bila Anda memiliki keluhan terkait kadar kalium atau gejala yang berulang, jangan tunda untuk mencari bantuan medis.

Untuk itu, Rumah Sakit Royal Progress menyediakan layanan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam serta medical check-up berkala. Segera pesan jadwal kunjungan Anda dengan praktis melalui website kami!

FAQ

Berapa kadar kalium yang normal dalam darah?

Kadar kalium yang normal dalam darah umumnya sekitar 3,5-5,0 mmol/L. Di bawah 3,5 mmol/L sudah termasuk rendah (hipokalemia).

Bagaimana cara mengukur kadar kalium?

Dokter akan mengukur kadar kalium lewat tes darah. Bila perlu, bisa ditambah tes urine 24 jam untuk melihat berapa banyak kalium yang keluar lewat urin.

Apa saja penyebab kekurangan kalium?

Penyebab kekurangan kalium antara lain diare, muntah, keringat berlebihan, penggunaan obat diuretik, asupan kalium dari makanan yang kurang, penyakit ginjal, dan gangguan hormon tertentu.

Mengapa penting menjaga keseimbangan kalium?

Kalium membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, kerja saraf, dan otot, terutama otot jantung. Jika tidak menjaga keseimbangan kalium, risiko gangguan irama jantung, lemah otot, dan masalah pencernaan akan meningkat.

Bagaimana cara menjaga kadar kalium tetap normal?

Untuk menjaga kadar kalium yang normal, rutin konsumsi makanan kaya kalium (misalnya pisang, jeruk, kentang, bayam, kacang-kacangan) dan lakukan cek laboratorium bila berisiko. Konsumsi suplemen kalium sebaiknya hanya sesuai anjuran dokter.

  • Hypokalemia - StatPearls - NCBI Bookshelf
  • Potassium Disorders: Hypokalemia and Hyperkalemia - AAFP
  • Low Potassium Level Causes (Hypokalemia) - Cleveland Clinic
  • Laboratory Tests to Determine the Cause of Hypokalemia and Paralysis - Acid Base, Electrolytes, Fluids - JAMA Internal Medicine - JAMA Network
  • Hypokalemia - Endocrine and Metabolic Disorders - MSD Manual Professional Edition
  • Clinical Practice Guidelines : Hypokalaemia - The Royal Children's Hospital

Artikel Lainnya

Apa Itu Tipes? Ketahui Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Tipes atau demam tifoid bukan sekadar penyakit musiman. Di tengah gaya hidup yang serba cepat dan kadang abai terhadap kebersihan makanan, tipes bisa menginfeksi siapa saja. Mulai dari anak-anak, dewasa, bahkan pekerja kantoran yang jarang makan di rumah, semua bisa terinfeksi. Meski terdengar umum, tipes tetap berbahaya jika tidak memperoleh terapi medis yang tepat. Mari […]
29/10/2025

Mengenal Artritis Gout: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Bangun tidur, jempol kaki terasa nyeri luar biasa; merah, bengkak, dan panas hingga berjalan pun terasa mustahil. Banyak orang mengira itu hanya keseleo biasa, padahal bisa jadi tanda artritis gout. Kondisi ini bukan sekadar "nyeri sendi biasa", melainkan penyakit yang dapat merusak sendi. Akhirnya, pergerakan menjadi terbatas, aktivitas harian terganggu, bahkan kualitas hidup menurun karena rasa […]
07/10/2025

11 Tanda-Tanda DBD yang Harus Diwaspadai

Panas tinggi, tubuh lemas, muncul bintik merah; banyak yang mengira itu hanya flu biasa. Padahal, gejala seperti ini bisa jadi tanda-tanda DBD atau demam berdarah dengue. Penyakit ini tidak hanya umum di Indonesia, tetapi juga menjadi masalah kesehatan global yang dapat berakibat fatal bila tidak mendapat penanganan cepat. Setiap tahun, ribuan kasus DBD tercatat di […]
02/10/2025

Ingin berkonsultasi dengan dokter spesialis yang tepat?

Dengan dokter spesialis berpengalaman, kami siap memberikan penanganan terbaik untuk setiap keluhan dan penyakit yang Anda alami. Jelajahi dokter di rumah sakit kami dan temukan dokter yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Cari Dokter

Halo,
Ada yang bisa
Kami bantu?

Customer Care
crossmenuchevron-down