Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan terutama menyerang paru-paru, namun bisa menyebar ke organ tubuh lainnya bila tidak diobati dengan tepat. TBC penting untuk diketahui karena banyak orang baru menyadari gejala TBC setelah batuk berlangsung lama, berat badan menurun, atau muncul keluhan serius lain yang sebenarnya bisa dideteksi sejak awal. Dengan memahami gejala TBC, cara penularan, jenis-jenisnya , hingga pengobatan dan pencegahannya, Anda dapat lebih waspada ataupun bisa segera memeriksakan diri, dan mencegah agar TBC tidak menyebar di keluarga maupun lingkungan Anda.
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang termasuk kelompok bacillus dan menyebar melalui udara ketika penderita batuk atau bersin. Penyakit ini paling sering menyerang organ paru, namun juga bisa menyerang bagian tubuh lain di luar paru. TBC termasuk penyakit yang dapat disembuhkan bila diobati dengan benar dan tuntas.

Penyakit tuberkulosis diklasifikasikan sebagai penyakit menular dan masih menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia menurut WHO.
Penularan tuberkulosis terutama terjadi melalui udara saat penderita TBC aktif batuk atau bersin dan mengeluarkan dahak yang mengandung bakteri TBC. Droplet kecil akan melayang di udara dan dapat terhirup oleh orang di sekitarnya, terutama di ruangan tertutup yang gelap dan lembap. Inilah sebabnya penyakit ini lebih sering terjadi pada hunian padat, ventilasi buruk, dan lingkungan yang tidak sehat.
Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC akan langsung terkena TBC aktif, sebagian hanya terkena TBC laten ketika sistem kekebalan tubuh mampu menahan infeksi, namun kondisi ini bisa berubah menjadi aktif saat sistem imun melemah.
Gejala utama tuberculosis pada paru biasanya berupa:
Pada sebagian kasus, gejala penyakit ini dapat terasa seperti flu atau infeksi pernapasan biasa sehingga banyak orang tidak menyadari sedang mengalami gejala TBC.
Selain gejala di paru, gejala tuberkulosis dapat muncul pada organ tubuh lain saat bakteri penyebabnya menyebar melalui aliran darah dan menyerang bagian organ lainnya. Gejalanya antara lain:
Karena memiliki gejala yang beragam dan sering tidak spesifik, setiap orang yang merasakan gejala mencurigakan terutama batuk lebih dari 3 minggu sebaiknya segera konsultasi dengan dokter spesialis paru.
Baca Juga:
Secara klinis, jenis penyakit ini dibagi menjadi 3, yaitu:
TBC paru adalah bentuk paling sering, di mana bakteri penyebab tuberkulosis menyerang paru-paru dan menimbulkan gejala dominan berupa batuk, dahak, dan keluhan pernapasan.
TBC ekstra paru terjadi ketika bakteri penyebab TBC menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, selaput otak, ginjal, atau bagian tubuh lain sehingga menimbulkan gejala yang berbeda-beda.
TBC laten adalah kondisi ketika seseorang terinfeksi bakteri TBC namun belum memiliki gejala, sehingga tampak sehat dan tidak menyadari telah terinfeksi bakteri TBC. Pada kondisi ini, sistem imun dan sistem kekebalan tubuh masih mampu menahan infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis sehingga bakteri "tidur" dan tidak menimbulkan gejala TBC aktif. Namun bila kekebalan tubuh melemah, misalnya akibat penyakit kronis, gizi buruk, atau HIV, infeksi TBC laten dapat berkembang menjadi TBC aktif dan menimbulkan gejala penyakit yang nyata.
Risiko mengalami TBC meningkat pada orang yang tinggal serumah atau sering kontak dekat dengan penderita TBC yang masih aktif, terutama jika ruangannya sempit dan sirkulasi udaranya buruk.
Kelompok lain yang rentan tertular TBC adalah :
Anak kecil dan lansia juga lebih rentan karena sistem imun mereka belum matang atau sudah melemah sehingga mudah terinfeksi bakteri penyebab TBC.
Diagnosis TBC ditegakkan melalui kombinasi pemeriksaan klinis, riwayat gejala, dan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi infeksi TBC di paru maupun organ lain. Dokter biasanya akan menilai berapa lama batuk, ada tidaknya dahak bercampur darah, demam, penurunan berat badan, serta riwayat kontak dengan penderita TBC yang masih aktif. Setelah itu, pasien akan dianjurkan menjalani foto rontgen dada, pemeriksaan dahak, atau tes cepat molekuler untuk memastikan keberadaan bakteri TBC.
Pada beberapa kasus, terutama TBC ekstra paru, diperlukan pemeriksaan tambahan seperti biopsi kelenjar getah bening, tes cairan tubuh tertentu, atau pemeriksaan pencitraan lanjutan untuk memastikan bakteri penyebab tuberkulosis benar-benar menyerang organ tersebut. Pemeriksaan lab juga dapat menilai kondisi sistem imun, fungsi ginjal, dan organ tubuh lain yang mungkin terdampak oleh infeksi bakteri.
Pengobatan TBC standar biasanya berlangsung minimal 6 bulan dengan kombinasi beberapa obat TBC atau antibiotik khusus antituberkulosis. Pada fase awal, pasien akan mendapatkan kombinasi 4 obat (misalnya rifampisin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol) selama 2 bulan, dilanjutkan dengan 2 obat selama 4 bulan sesuai pedoman WHO. Salah satu obat penting dalam pengobatan tuberkulosis adalah isoniazid yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri penyebab TBC.
Pengobatan TBC harus diminum setiap hari sesuai anjuran dokter dan tidak boleh dihentikan sendiri meski gejala sudah membaik, karena risiko bakteri penyebab TBC menjadi kebal obat. Dalam kasus tertentu, misalnya TBC resisten obat, durasi terapi bisa lebih lama dan regimen terapi disesuaikan. Inilah mengapa pasien perlu disiplin kontrol, mengikuti seluruh rangkaian terapi, dan memegang prinsip dari kemenkes "Temukan dan Obati Sampai Sembuh (TOSS)" karena TBC bisa disembuhkan dan penyakit yang dapat disembuhkan ini tidak boleh dianggap sepele.
Bila tidak diobati dengan baik, tuberculosis dapat menyerang paru secara luas dan merusak jaringan paru-paru sehingga fungsinya menurun permanen, menyebabkan sesak napas kronis dan gangguan aktivitas. Selain menyerang paru, bakteri penyebab TBC menyebar melalui aliran darah dan bisa menyerang organ tubuh lain seperti tulang, sendi, selaput otak, kelenjar getah bening, dan ginjal. Ketika TBC menyebar ke organ di luar paru, gejalanya bisa berupa benjolan leher, nyeri tulang, kelumpuhan, gangguan kesadaran, atau gangguan fungsi ginjal.
Menurut WHO dan berbagai laporan nasional, penyakit TBC tetap menjadi penyebab kematian akibat satu agen infeksi, terutama pada negara berpendapatan menengah dengan angka kasus tinggi. Komplikasi berat seperti gagal napas, perdarahan paru, atau kerusakan otak bisa terjadi bila TBC aktif tidak segera ditangani.
Pencegahan tuberkulosis dimulai sejak dini melalui pemberian Vaksin BCG pada bayi untuk menurunkan risiko bentuk TBC berat seperti meningitis TB pada anak. Walaupun Vaksin BCG tidak sepenuhnya mencegah TBC pada orang dewasa, vaksin ini tetap menjadi bagian penting program imunisasi nasional di banyak negara endemis TBC. Di samping vaksinasi, mencegah TBC memerlukan perbaikan lingkungan seperti :
Upaya lain untuk mencegah TBC adalah deteksi dini dan pengobatan tuntas bagi penderita TBC aktif sehingga mereka tidak lagi menularkan penyakitnya ke orang sekitar. Pada kelompok berisiko tinggi, tersedia terapi pencegahan tuberkulosis berupa pemberian obat seperti isoniazid dalam jangka waktu tertentu untuk menurunkan risiko infeksi aktif.
Memperkuat sistem imun dengan pola hidup sehat, gizi cukup, istirahat adekuat, dan mengelola penyakit kronis juga penting karena TBC adalah penyakit menular yang lebih mudah berkembang pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Baca Juga:
Tentu saja segera temui dokter spesialis paru bila mengalami gejala yang mengarah ke TBC, seperti gejala-gejala yang sudah disebutkan sebelumnya.
Orang yang pernah kontak dengan penderita TBC aktif juga sebaiknya menjalani pemeriksaan walaupun belum merasakan gejala, karena infeksi TBC laten bisa berkembang di kemudian hari.
Jika Anda atau keluarga Anda mendapati gejala-gejalanya, jadwalkan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter spesialis paru di RS Royal Progress, sehingga dokter akan membantu menilai risiko infeksi TBC, melakukan pemeriksaan penunjang, dan merencanakan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.
Tidak, walaupun paling sering menyerang paru, bakteri penyebab TBC dapat menyerang organ lain seperti tulang, kelenjar getah bening, ginjal, atau selaput otak.
Ya, dengan pengobatan yang tepat, teratur, dan tuntas minimal 6 bulan, TBC bisa disembuhkan dan pasien dapat kembali beraktivitas normal.
Tidak semua batuk lama adalah TBC, namun batuk lebih dari 3 minggu perlu dicurigai dan sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk memastikan apakah ada infeksi karena TBC atau penyebab lain.
