Di antara sejumlah gangguan terhadap plasenta ketika kehamilan, ada kondisi yang bernama plasenta previa. Apa itu plasenta previa? Plasenta previa adalah kondisi di mana sebagian atau seluruh plasenta menempel di bagian bawah rahim, bukan di atas sebagaimana mestinya.
Karena berisiko serius, ibu dengan kondisi ini perlu menjalani perawatan di rumah sakit agar kesehatan diri dan janin dapat terpantau dengan baik.
Plasenta previa diklasifikasikan berdasarkan sejauh mana plasenta menutupi atau mencapai serviks, yang memengaruhi risiko perdarahan dan rencana persalinan:
Plasenta letak rendah sudah jauh lebih terkendali berkat kemajuan medis. Alhasil, kematian ibu yang dulu sempat menjadi kekhawatiran utama kini jarang sekali terjadi. Meski begitu, kondisi ini tetap berbahaya. Ancaman utamanya justru lebih besar bagi bayi.
Data menunjukkan angka kematian perinatal masih berada di kisaran 4-8%. Sebagian besar kasus bukan disebabkan oleh plasenta letak rendah secara langsung, melainkan oleh komplikasi akibat kelahiran prematur.
Artinya, walau keselamatan ibu lebih aman dibanding dulu, bahaya plasenta previa terhadap bayi masih sangat signifikan. Bukan hanya kematian perinatal, dampak plasenta previa pada janin meliputi gangguan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan.
Gejala khas plasenta previa biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, dengan tanda utama berupa perdarahan tanpa rasa sakit:
Hingga kini, dokter belum dapat memastikan apa penyebab plasenta previa. Namun, peluang terjadinya kondisi ini lebih tinggi pada wanita dengan faktor risiko berikut:
Plasenta letak rendah banyak dikaitkan dengan riwayat persalinan secara sesar. Semakin sering seorang perempuan menjalani operasi sesar, semakin tinggi pula kemungkinan mengalami kondisi ini.
Jika seorang wanita hanya pernah sesar sekali, risikonya sekitar 4,5 kali lebih besar. Namun, bagi wanita yang sudah menjalani empat kali operasi sesar, risikonya melonjak hingga hampir 45 kali lipat.
Jaringan parut di rahim juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi. Bekas luka pada lapisan rahim (endometrium) dapat menghambat implantasi normal, sehingga plasenta cenderung melekat di bagian bawah rahim. Tak jarang plasenta bahkan sampai menutupi serviks.
Kondisi ini dapat muncul akibat operasi terdahulu, tindakan kuret, ataupun intervensi medis lainnya.
Seiring bertambahnya usia, risiko seorang ibu terkena plasenta letak rendah juga semakin besar. Data menunjukkan bahwa perempuan berusia di atas tahun menghadapi risiko hampir 9 kali lebih tinggi daripada perempuan di bawah usia 20 tahun.
Diagnosis plasenta previa dimulai dengan pemeriksaan posisi plasenta di pertengahan kehamilan. Definisinya adalah, plasenta tergolong letak rendah jika tepinya berjarak kurang dari 20 mm dari ostium setelah usia kehamilan 16 minggu.
Apabila dokter mencurigai adanya plasenta letak rendah sewaktu USG rutin, maka dokter akan menganjurkan tindak lanjut dengan USG transvaginal (TVS) pada usia kehamilan 32 minggu karena TVS lebih aman dan akurat daripada metode pencitraan lainnya.
Jika pada usia kehamilan 32 minggu kondisi tersebut masih ada tetapi ibu tidak menunjukkan gejala, pemeriksaan tambahan di sekitar minggu ke-36 akan membantu dokter memutuskan cara persalinan yang tepat.
Selain itu, mengukur panjang leher rahim juga bermanfaat sebagai penilaian tambahan. Jika serviks terlalu pendek sebelum 34 minggu, risikonya lebih besar untuk mengalami persalinan prematur serta perdarahan serius ketika menjalani operasi sesar.
Terdapat sejumlah cara penanganan plasenta previa, di antaranya:
Untuk mengurangi risiko kelahiran prematur, dokter akan mengupayakan agar bayi tetap di dalam kandungan selama kondisi memungkinkan. Target yang diupayakan adalah setidaknya setelah 36 minggu.
Namun, jika terpaksa harus melahirkan lebih awal, tes kematangan paru janin (lewat analisis cairan ketuban) akan dilakukan untuk menilai kesiapan bayi hidup di luar rahim.
Plasenta letak rendah kerap menimbulkan perdarahan serius sebelum persalinan (perdarahan antepartum). Dalam kondisi ini, dokter akan memberikan transfusi darah agar hematokrit ibu tetap berada di angka minimal 30%. Tujuannya adalah untuk memastikan pasokan oksigen tercukupi dan kondisi ibu terjaga.
Dokter juga dapat menggunakan USG secara berkala untuk memantau posisi plasenta, mengingat ada kemungkinan bergeser ke atas ketika rahim membesar, sekaligus menilai tumbuh kembang dan kesehatan bayi. Hasil pemantauan ini menjadi dasar dalam menentukan waktu dan metode persalinan.
Detak jantung janin dipantau sebagai salah satu cara mengevaluasi kondisi kesehatan bayi. Pemeriksaan ini umumnya berupa tes non-stres atau profil biofisik yang berguna untuk mendeteksi dini tanda bahaya jika suplai oksigen ke janin berkurang.
Jika plasenta letak rendah menimbulkan risiko kelahiran prematur, glukokortikoid dapat menjadi salah satu terapi pilihan. Pemberian obat seperti betametason atau deksametason kepada ibu bertujuan mendukung pematangan paru-paru dan organ vital janin sebelum persalinan.
Waktu pemberian yang paling optimal biasanya antara usia kehamilan 24-34 minggu.
Untuk menunda persalinan sebelum waktunya, dokter terkadang memberikan terapi tokolitik. Jenis obat ini berfungsi melemaskan otot rahim sekaligus menekan kontraksi, terutama bila ada ancaman perdarahan atau persalinan dini.
Operasi sesar menjadi cara persalinan yang paling aman (dan paling dianjurkan) untuk perempuan dengan plasenta letak rendah. Prosedur ini biasanya dijadwalkan pada usia kehamilan 36-37 minggu agar bayi lahir sebelum persalinan alami atau perdarahan hebat terjadi. Namun, jika perdarahan sudah terjadi lebih awal, operasi sesar darurat mungkin perlu segera dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi.
Berikut beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko plasenta previa atau meminimalkan komplikasinya:
Baca Juga:
Di Rumah Sakit Royal Progress, dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi memastikan penanganan tepat yang profesional bagi ibu dengan plasenta previa. Tim medis kami hadir untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi di setiap tahap. Jadwalkan konsultasi Anda hari ini untuk mendukung kehamilan yang lebih aman.
Ya, bisa! Jika plasenta previa ditemukan di awal kehamilan (sebelum 20 minggu), ada kemungkinan besar akan hilang sendiri karena rahim yang membesar akan "mengangkat" plasenta ke atas.
Sebagian besar kasus plasenta previa memerlukan operasi caesar untuk keselamatan ibu dan bayi. Persalinan normal hanya mungkin pada kasus plasenta previa marginalis (yang sangat ringan) dengan pengawasan ketat.
Risiko berulang sekitar 2-3%. Jika Anda pernah mengalami plasenta previa, pastikan memberitahu dokter di kehamilan selanjutnya.
Dengan perawatan medis yang tepat, sebagian besar bayi lahir sehat. Risiko utama adalah kelahiran prematur jika perdarahan terjadi lebih awal, tapi tim medis akan memantau kondisi bayi dengan cermat.