Di samping kanker serviks, kanker payudara dan tiroid adalah jenis kanker yang perlu mendapat atensi serius di kalangan wanita. Sayangnya, sedikit perempuan yang menyadari bahwasanya kanker ovarium atau indung telur justru lebih fatal daripada kanker-kanker di atas karena sulitnya penemuan dini.
Untuk itu, simak pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan hingga pencegahan kanker ovarium.
Ovarium atau Indung telur ada di luar rahim dan saluran tuba. Organ ini berfungsi memproduksi hormon wanita. Lantas, kanker ovarium itu apa? Sederhananya, tumor ganas yang muncul di indung telur disebut sebagai kanker indung telur.
Apakah kanker ovarium berbahaya? Sebetulnya, kanker ini mendapat reputasi sebagai "the silent killer". Ini karena gejala awalnya jarang terlihat dan jika metode skriningnya kurang memadai, menjadi sangat sulit terdeteksi. Kanker ovarium adalah penyakit yang berisiko tinggi, menyerang 1 dari setiap 130 wanita.
Sebaliknya, kanker serviks menggunakan metode skrining yang akurat. Diagnosis dini dan melalui pemberian vaksinasi HPV, tindakan ini terbukti berhasil menurunkan angka kematian secara bertahap.
Apa penyebab kanker ovarium? Penyebab kanker ini layaknya kanker lain, masih belum sepenuhnya diketahui. Akan tetapi, ada beberapa kontributor peningkat risikonya.
Pertama, jika Anda punya saudara perempuan atau ibu dengan pengidap kanker ini, Anda berisiko mengidap penyakit yang sama. Dengan demikian, terlihat unsur keturunan pada kanker indung telur.
Kedua, apabila Anda atau anggota keluarga Anda punya riwayat kanker rahim atau kanker endometrium, risiko kanker indung telur pun meningkat. Patut dicatat bahwa kanker payudara dan kanker ovarium memiliki keterkaitan melalui faktor genetik, hormonal, dan sindrom keturunan tertentu.
Risiko kanker ini berkurang apabila jumlah ovulasi sedikit. Contoh yang paling nyata adalah kehamilan. Hamil cenderung mengurangi risiko kanker indung telur.
Selain itu, menyusui setelah melahirkan juga menekan ovulasi dan menunda menstruasi, sehingga risiko kanker ovarium juga menurun. Demikian pula penggunaan kontrasepsi oral sebagai pencegahan kanker dengan menghambat ovulasi.
Terakhir, gaya hidup yang mencakup konsumsi makanan tinggi lemak dan protein, kegemukan, serta paparan terhadap zat karsinogen eksternal (seperti asbes dan talk) berpotensi meningkatkan risiko kanker ini.
Indung telur tersembunyi jauh di dalam panggul wanita. Alhasil, ukurannya sulit diindera kecuali jika pembengkakannya signifikan. Selain itu, gejala awal kanker ini cenderung sepele, dan sekalipun kanker sudah mencapai stadium tertentu, gejalanya seringkali tidak kentara.
Gejala kanker ovarium yang cukup lumrah adalah:
Bilamana gejala-gejala di atas berlangsung selama lebih dari 12 hari dalam sebulan, ada baiknya Anda mempertimbangkan kemungkinan adanya kanker.
Namun demikian, gejala-gejala tadi mirip dengan keluhan penyakit lain. Maka, tidak mudah untuk mendiagnosis kanker ovarium hanya berdasarkan ciri-ciri fisiknya saja. Dalam kasus seperti ini, tes tambahan perlu dilaksanakan guna membuktikan kebenarannya.
Kanker indung telur adalah kondisi unik yang tidak didukung cara pencegahan khusus. Karena itu, deteksi dini kanker ovarium sangatlah penting. Hendaknya rutin tes darah tahunan dan USG kanker ovarium mulai dari kepala tiga. Tes-tes ini dapat mengenali adanya kista ovarium atau tanda-tanda awal kanker.
Jika ada riwayat kanker dalam keluarga, akan lebih baik menjalani tes gen BRCA. Apabila terbukti ada mutasi genetik, selanjutnya lakukan pemeriksaan rutin setiap enam bulan sekali untuk memantau kanker sebagai tindakan preventif.
Kendati demikian, berikut ini adalah tiga metode diagnosis kanker ovarium yang paling utama:
Scan ini memperlihatkan bagian dalam tubuh agar diketahui pertumbuhan yang tidak beres.
Meskipun tes darah tidak sepenuhnya menyimpulkan adanya kanker, namun tes penanda CA 125 mampu menyediakan informasi lebih lanjut.
CA 125 adalah protein yang kadarnya dapat meningkat pada penderita kanker indung telur serta kondisi non-kanker seperti fibroid, adenomiosis, endometriosis, atau penyakit radang panggul. Penanda ini sangat bermanfaat untuk memantau wanita pasca menopause.
Penanda tumor lainnya juga boleh dilakukan untuk menaksir risiko kanker dan menentukan perlu tidaknya operasi.
Operasi adalah satu-satunya cara mutlak untuk mendiagnosis kanker ini. Dokter bedah akan mengangkat ovarium untuk menetapkan ada atau tidaknya sel-sel kanker, dan jika ada, untuk mengklasifikasikan jenis serta tingkat kegawatan kanker.
Begitu positif kanker, prosedur lebih lanjut biasanya ditempuh demi mengangkat organ lain yang terimbas guna menentukan stadium kanker.
Setelah kanker ovarium dikonfirmasi melalui pemeriksaan patologi dengan biopsi tumor atau pengangkatan tumor. Kanker ovarium dikategorikan berdasarkan stadiumnya, yang biasanya ditentukan selama prosedur pembedahan.
Sebagian besar wanita di diagnosis menderita kanker ovarium pada stadium 3 sehingga kanker sulit diobati dan berisiko berakibat fatal.
Bila kanker terdeteksi saat masih berada di dalam ovarium, tingkat kelangsungan hidup bisa mencapai 93%. Namun, bila terdiagnosis saat kanker sudah menyebar ke luar ovarium, tingkat kesembuhannya turun menjadi hanya 31-75%.
Angka ini semakin memprihatinkan sebab kanker ini juga dapat menjangkiti perempuan muda. Karenanya, kanker ini tidak boleh diremehkan hanya karena usia yang masih muda.
Ada beberapa pilihan pengobatan kanker, antara lain:
Pilihan pengobatan kanker yang utama adalah operasi pengangkatan tumor sebanyak mungkin serta kemoterapi. Setelah operasi, luasnya sebaran kanker dan hasil biopsi menjadi tolok ukur untuk menyusun strategi terapi.
Umumnya, mayoritas kasus kanker ini sudah memasuki stadium lanjut. Jadi, prioritas pertama adalah membuang semua massa tumor agar efektivitas kemoterapi lebih optimal.
Biasanya, operasi ini berupa pengangkatan rahim dan kedua indung telur beserta kelenjar getah bening di sekitar panggul, aorta, usus besar, dan usus buntu. Saat tumor menjalar ke usus besar, usus halus, limpa, hati, atau diafragma, maka area-area tersebut juga harus diangkat sebisa mungkin.
Semakin kecil tumor yang tersisa setelah operasi (idealnya kurang dari 1 cm), lebih baik hasil pengobatannya.
Begitu pasien cukup baikan, kemoterapi dijalankan untuk membunuh sisa sel kanker yang tidak dapat dilenyapkan tuntas selama operasi. Dokter biasa menjadwalkan kemoterapi dalam siklus. Perawatan biasanya berlangsung setiap tiga minggu untuk 6 hingga 9 siklus.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan mengupayakan terapi radiasi seandainya kanker bermetastasis ke lokasi yang mustahil terjamah pisau bedah.
Kabar baiknya, baru-baru ini tersedia pula metode pengobatan baru, seperti imunoterapi. Dengan pengobatan yang tepat, pasien dapat menikmati durasi hidup yang lebih panjang.
Untuk mencegah kanker ovarium, beberapa langkah yang dapat diambil:
Langkah-langkah di atas dapat membantu mengurangi risiko kanker ovarium. Selain itu penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi pasien.
Kanker indung telur punya tingkat kesembuhan tinggi jika terungkap sejak awal. Jadi, konsultasi dini sangat penting walaupun tanpa gejala mencolok. Meskipun kanker sudah terlanjur meluas, berbagai terapi pun tersedia. Karenanya, pasien semestinya terus menjalin komunikasi dengan ahli medis dan rajin berobat.
Jelas bahwa kesehatan reproduksi wanita menuntut perhatian khusus, termasuk deteksi awal kanker ovarium. Untuk Anda yang peduli kesehatan, Rumah Sakit Royal Progress menawarkan pemeriksaan kanker ovarium yang komprehensif. Segera pesan dan jadwalkan check-up dengan mudah secara online dan dapatkan penanganan tepat demi kualitas hidup dan masa depan kesehatan Anda yang lebih baik.