Panas tinggi, tubuh lemas, muncul bintik merah; banyak yang mengira itu hanya flu biasa. Padahal, gejala seperti ini bisa jadi tanda-tanda DBD atau demam berdarah dengue.
Penyakit ini tidak hanya umum di Indonesia, tetapi juga menjadi masalah kesehatan global yang dapat berakibat fatal bila tidak mendapat penanganan cepat.
Setiap tahun, ribuan kasus DBD tercatat di berbagai daerah dan banyak di antaranya terlambat dikenali karena gejalanya mirip penyakit ringan. Padahal, mengenali ciri-ciri demam berdarah dengue bisa jadi penyelamat nyawa.
Yuk, kenali apa itu DBD, bahayanya penyakit ini, dan gejala yang biasanya muncul pada penderita DBD.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan banyak ditemukan di daerah tropis maupun subtropis. Kasus DBD biasanya meningkat saat musim hujan, ketika populasi nyamuk berkembang lebih cepat.
Pada tahap ringan, DBD dapat menyebabkan demam tinggi dan gejala mirip flu. Namun, dalam bentuk parah, penyakit ini bisa menimbulkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, bahkan berakibat fatal.
DBD dapat menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Bahayanya, gejala awal DBD kerap menyerupai penyakit lain sehingga sering orang awam abaikan. Padahal, keterlambatan diagnosis bisa memperburuk kondisi pasien dan meningkatkan risiko komplikasi.
DBD biasanya berkembang dalam 3 fase, yaitu:
Gejalanya bisa ringan di awal, tapi memburuk dengan cepat. Agar tidak salah mengira, penting mengenali tanda-tanda demam berdarah sejak dini.
Secara umum, penderita akan menunjukkan gejala, yaitu:
Gejala DBD adalah demam tinggi (40°C atau lebih tinggi) yang muncul pada hari ketiga sampai ketujuh infeksi virus. Berbeda dengan demam flu biasa yang naik-turun, demam pada DBD cenderung konstan tinggi dan sulit turun, meski Anda sudah meminum obat penurun panas (antipiretik).
Demam pada DBD juga memiliki pola khas, sering disebut sebagai “pelana kuda”. Ini karena demam tinggi bisa terasa selama beberapa hari, turun, lalu naik lagi.
Salah satu ciri-ciri DBD yang sering pasien keluhkan adalah sakit kepala intens di bagian dahi. Rasa sakit ini bisa menetap sepanjang hari dan tidak mereda dengan istirahat biasa. Karena mirip sakit kepala pada flu, banyak orang menyepelekannya dan memilih bedrest total di rumah.
Gejala demam berdarah pada orang dewasa lain adalah nyeri di area belakang bola mata. Rasa sakit ini makin terasa saat pasien menggerakkan mata, sehingga membuat penderita sulit fokus. Inilah gejala yang jarang muncul pada flu atau pilek biasa, sehingga bisa menjadi pembeda gejala DBD dan flu biasa.
Tidak jarang penderita DBD merasa seluruh tubuhnya sakit, terutama di persendian, otot, dan tulang. Karena rasa nyerinya intens, penyakit ini bahkan dikenal dengan sebutan breakbone fever atau demam "patah tulang". Bahkan gejala ini bisa membuat penderita sulit beraktivitas dan hanya ingin berbaring.
Virus dengue juga memengaruhi sistem pencernaan. Penderita bisa merasa mual terus-menerus, muntah berulang, dan tidak punya nafsu makan hingga dalam beberapa hari penderita mengalami penurunan berat badan. Kondisi ini juga bisa memperburuk dehidrasi dan membuat tubuh semakin lemah.
Saat memasuki fase kritis, setelah 7 hari dan demam menurun, gejala DBD menjadi lebih berat. Salah satunya adalah nyeri ulu hati atau sakit perut hebat disertai muntah tanpa henti. Jika muntah terjadi terus-menerus dan penderita tidak bisa makan atau minum, hal ini bisa menyebabkan dehidrasi parah yang sangat berbahaya bagi tubuh.
Setelahnya, tubuh akan mengalami penurunan trombosit; keping darah yang tugasnya membekukan darah ketika terjadi luka. Penurunan jumlah trombosit ini membuat darah sulit membeku, sehingga penderita bisa mengalami:
Perdarahan ini juga mengindikasikan bahwa DBD sudah memasuki tahap berbahaya.
Selain perdarahan di atas, bintik-bintik merah kecil atau ruam juga muncul di kulit. Ruam ini biasanya berawal dari wajah dan dada, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Bintik ini terjadi karena pecahnya pembuluh darah kapiler.
Untuk membedakannya dengan ruam biasa, Anda bisa melakukan tes sederhana: tekan bintik tersebut dengan jari. Jika bintik tidak hilang atau tetap berwarna merah, kemungkinan besar itu adalah tanda DBD.
Pada fase lanjutan, jumlah trombosit yang turun drastis bisa menyebabkan cairan plasma keluar dari pembuluh darah ke jaringan tubuh. Gejala yang tampak pada penderita bisa berupa pembengkakan, penumpukan cairan, hingga pernapasan terganggu. Jika kondisi ini terjadi tanpa penanganan, pasien berisiko mengalami syok (DSS atau Dengue Shock Syndrome).
Syok dengue atau Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah komplikasi paling serius dari DBD.
Tanda-tandanya antara lain:
Kondisi ini juga bisa berkembang sangat cepat menuju syok hipotensi, bahkan gagal jantung jika tidak segera mendapat pertolongan.
Pada kondisi terparah, cairan yang menumpuk dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan sesak napas. Selain itu, organ vital seperti hati dan ginjal juga bisa terganggu. Bila tidak mendapat penanganan medis intensif, risiko kematian pun meningkat.
Walau sama-sama disebabkan virus dengue, tanda DBD bisa tampak berbeda pada tiap kelompok usia.
Gejalanya sering lebih ringan sehingga mudah dikira flu biasa. Anak bisa mengalami demam, ruam, atau pegal di tubuh. Ada pula yang hampir tidak menunjukkan gejala jelas, sehingga orang tua perlu lebih waspada terhadap perubahan kondisi anak.
Keluhan biasanya terasa lebih berat. Demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi, hingga perdarahan lebih sering muncul dan lebih intens. Karena perbedaannya cukup tipis, jangan tunda periksa ke dokter bila demam tinggi disertai tanda mencurigakan lain.
Segera pergi ke fasilitas kesehatan bila demam tinggi terjadi secara konstan dan tidak mereda setelah 3 hari, terutama jika disertai bintik merah, mimisan, atau tanda dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium sederhana seperti cek darah dapat memastikan diagnosis lebih cepat.
Jangan tunggu terlambat!
Mengenali tanda-tanda DBD sejak dini dapat menyelamatkan nyawa. Jika Anda atau keluarga mengalami gejala mencurigakan, segera lakukan pemeriksaan medis.
RS Royal Progress siap membantu dengan fasilitas laboratorium lengkap, tim medis berpengalaman, dan layanan rawat inap yang nyaman untuk penanganan DBD secara cepat dan tepat.
Segera lakukan pemeriksaan kesehatan dengan dokter spesialis Anak untuk pasien anak atau spesialis penyakit dalam untuk pasien dewasa, di RS Royal Progress untuk memastikan kondisi Anda ataupun keluarga Anda, dan mencegah komplikasi berbahaya akibat DBD.
Pencegahan bisa dilakukan dengan memakai kelambu, menggunakan obat anti-nyamuk, menutup wadah air, rutin menguras bak mandi, dan menerapkan program 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang + pencegahan tambahan).
Ya. Vaksin dengue pada negara tertentu telah disetujui untuk mencegah infeksi dengue pada kelompok usia tertentu dengan ketentuan khusus. Namun, penggunaannya masih terbatas dan di Indonesia belum direkomendasikan secara luas.
Tidak. DBD tidak menular melalui kontak langsung antar manusia, melainkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue dari penderita ke orang lain.
DBD ringan bisa dirawat di rumah dengan pemantauan ketat, asupan cairan cukup, dan obat penurun panas jika perlu. Namun, pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit jika muncul tanda bahaya seperti perdarahan, muntah terus-menerus, sakit perut hebat, atau gejala syok.