Meningitis tuberkulosis yang juga dikenal sebagai meningitis TB, merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa penderitanya. Sebab, penyakit ini menyerang meninges, yaitu lapisan pelindung otak dan sumsum tulang belakang manusia.
Pada tahun 2019, tercatat ada 164.000 orang dewasa di seluruh dunia yang terdiagnosis penyakit ini, dan 78.000 dari penderitanya meninggal dunia. Pada tahun 2022, penelitian memperkirakan sekitar sepertiga populasi dunia diperkirakan terinfeksi MTB.
Dalam artikel ini, Anda akan mempelajari secara rinci tentang penyakit ini mulai dari definisi, penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga pencegahannya.
Baca Juga
Meningitis Tuberkulosis merupakan tipe meningitis paling berisiko dari tipe meningitis lainnya. Penyakit ini muncul akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi organ paru, kemudian menyebar ke bagian otak dan meninges, sehingga menimbulkan peradangan akut.
TB berbeda dengan meningitis lainnya seperti meningitis bakteri atau virus, karena sifat kronis dan progresifnya cenderung lebih lambat. Meningitis tuberkulosis tidak umum terjadi seperti meningitis bakteri atau virus, namun jika terlanjur menyerang, pasien memerlukan perhatian medis segera karena bisa berakibat fatal apabila penanganannya terlambat.
Penyebab meningitis TB adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menginfeksi paru-paru terlebih dahulu, sehingga menyebabkan tuberkulosis paru.
Selanjutnya, bakteri bergerak melewati saluran darah atau sistem limfatik menuju organ tubuh lainnya, termasuk meninges di otak dan sumsum tulang belakang.
Penyebaran bakteri ke otak bisa melalui sejumlah cara, salah satunya melalui infeksi laten yang kemudian aktif kembali dan menyebar ke otak. Di antara faktor seseorang berpotensi terpapar penyakit ini yaitu:
Penderita penyakit ini memiliki kemampuan imunitas yang sangat lemah, membuat mereka mudah mengalami berbagai infeksi, termasuk TB.
Penyakit kronis seperti diabetes, gagal ginjal, dan kanker bisa melemahkan sistem imunitas dan memperbesar risiko infeksi TB.
Kekurangan gizi bisa mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Pengguna obat imunosupresan berpotensi terpapar bakteri penyebab meningitis TB. Ini merupakan jenis obat penekan sistem imunitas tubuh, yang biasa diresepkan pada penderita penyakit autoimun.
Gejala meningitis TB bisa berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan, sehingga membuat diagnosis awal seringkali sulit.
Berikut beberapa gejala paling sering muncul bagi pengidap TB:
Gejala meningitis TB pada bayi dan anak-anak bisa berbeda dan lebih sulit mengenalinya. Pada bayi, gejala bisa termasuk:
Gejala meningitis TB juga bisa dibagi berdasarkan stadium penyakitnya. Pada meningitis TB stadium 1, gejala yang muncul mungkin ringan dan non-spesifik, seperti sakit kepala ringan, demam ringan, dan malaise umum.
Karena gejala ini sering mirip dengan flu atau infeksi ringan lainnya, meningitis TB sering tidak terdiagnosis pada tahap awal ini.
Diagnosis meningitis TB membutuhkan penilaian medis yang cermat dan seringkali melibatkan beberapa tes diagnostik. Proses diagnosis biasanya berawal dengan riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik.
Berikut beberapa tes dan prosedur yang umum untuk mendiagnosis meningitis TB:
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan serebrospinal melalui prosedur yang dikenal sebagai lumbar puncture atau spinal tap. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan tanda-tanda peradangan.
Tes pencitraan seperti CT scan atau MRI otak bisa membantu mendeteksi perubahan struktural pada otak dan meninges yang disebabkan oleh meningitis TB. Ini juga bisa membantu mengidentifikasi komplikasi seperti abses atau hydrocephalus.
Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda infeksi dan mengevaluasi fungsi organ tubuh lainnya.
Dikenal juga dengan istilah interferon-gamma release assays (IGRAs). Tes ini bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis laten atau aktif dalam tubuh.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin melakukan biopsi jaringan untuk memeriksa keberadaan bakteri tuberkulosis di jaringan tubuh lainnya.
Diagnosis dini sangat penting dalam pengobatan meningitis tuberkulosis, karena pengobatan yang sejak awal biasanya memiliki hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, setiap gejala yang mencurigakan harus segera memeriksakannya ke dokter.
Pengobatan meningitis TB memerlukan pendekatan yang intensif dan komprehensif. Biasanya mencakup penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dan dalam beberapa kasus, penggunaan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.
Berikut beberapa metode pengobatan yang umum digunakan:
Apakah meningitis TB bisa sembuh? Ya, bisa. 70 - 85% penderita penyakit ini dapat bertahan hidup, meskipun seperempat mereka mungkin mengalami dampak jangka panjang. Apabila pasien segera diobati sebelum munculnya tanda-tanda kerusakan pada otak, maka pasien tersebut memiliki peluang sembuh sepenuhnya cukup tinggi.
Namun dalam kebanyakan kasus, pasien menjalani pengobatan terlambat. Itu karena sangat sulit mengenali gejala penyakit ini pada tahap awal. Sehingga, pasien baru terdiagnosis setelah terjadi kerusakan saraf dan pembuluh darah pada otak.
Pengobatan standar untuk meningitis TB melibatkan kombinasi beberapa antibiotik yang efektif melawan Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan ini biasanya berlangsung selama 9-12 bulan dan meliputi obat-obatan seperti isoniazid, rifampisin, pyrazinamide, dan ethambutol.
Kepatuhan terhadap pengobatan ini sangat penting untuk mencegah resistensi obat dan memastikan penyembuhan total.
Penggunaan kortikosteroid seperti dexamethasone sering direkomendasikan untuk mengurangi peradangan di otak dan mencegah kerusakan neurologis lebih lanjut. Kortikosteroid biasanya diberikan pada awal pengobatan dan dosisnya dikurangi secara bertahap.
Selain pengobatan medis, perawatan suportif juga penting dalam mengelola meningitis TB. Ini bisa meliputi pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi, mengatasi nyeri, dan perawatan lainnya untuk mendukung fungsi tubuh selama masa penyembuhan.
Pencegahan penyakit ini melibatkan sejumlah langkah tertentu untuk mengurangi risiko paparan dan penyebaran bakteri tuberkulosis.
Di antara langkah mencegah diri dari infeksi TB yaitu:
Vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin yang efektif dalam mencegah tuberkulosis, terutama bentuk berat seperti meningitis TB pada anak-anak. Vaksin tersebut sering dikonsumsi untuk bayi yang tinggal di wilayah dengan angka tuberkulosis tinggi.
Pasien yang mengidap tuberkulosis laten (TB laten) harus mengikuti proses pengobatan untuk mencegah perkembangan bakteri aktif. Ini terutama penting bagi individu dengan risiko tinggi, seperti penderita HIV atau kondisi medis lain yang berhubungan dengan penurunan kemampuan imunitas tubuh.
Langkah-langkah pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit dan komunitas bisa membantu mencegah penyebaran tuberkulosis. Ini termasuk penggunaan masker pelindung, ventilasi yang baik, dan isolasi pasien yang terinfeksi.
Menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat melalui pola makan sehat, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup bisa membantu mencegah infeksi. Menghindari kebiasaan merokok dan alkohol berlebihan juga penting untuk kesehatan paru-paru dan sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga
Demikian informasi lengkap tentang meningitis tuberkulosis dari berbagai aspek. Jika Anda mengalami gejala yang mirip seperti dijelaskan di atas, maka Anda bisa menghubungi dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Royal Progress untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
RS Royal Progress memiliki tim berpengalaman dan kelengkapan medis yang komprehensif untuk mendiagnosis dan menangani penyakit meningitis tuberkulosis secara efektif.